Situs Batu Berelief

0
882

Lokasi situs terletak di antara kebun kopi milik penduduk yang berada di daerah dataran tinggi. Untuk mencapai lokasi ini harus menyeberangi sungai dan berjalan melewati jalan setapak di antara kebon kopi selama kurang lebih 35 menit dari jalan beraspal ke arah kecamatan Pendopo. Situs lukisan cadas ini berada di kebun milik Ibu Inul berumur 70 tahun, warga desa Jarakan. Di daerah ini objek goresan pada batu berupa muka manusia yang digambarkan dengan rambut menjuntai ke atas, bibir tebal, dan telinga lebar.

Goresan pada tebing batu ini diterakan pada salah satu sisi dinding batu berukuran besar. Orientasi monolit yaitu arah Utara – Selatan, sementara lukisan cadas sendiri menghadap ke arah Barat. Lukisan yang terdapat pada dinding batu tersebut terbagi ke dalam enam baris ( enam dinding ) yang ditempatkan sejajar. Pada pahatan di dinding tersebut terdapat lukisan berupa kepala manusia, hiasan muka manusia dengan lehernya dengan sedikit variasi. Di bawah keenam dinding

batu tersebut masih terdapat satu dinding lagi dengan goresan berupa kedok muka manusia tanpa bagian leher. Tidak semua gambar kedok tersebut terlihat jelas, karena goresan pada dinding ketiga dan kelima agak aus. Meskipun demikian, dari garis-garis goresan masih menampakkan adanya hiasan kedok tersebut, kecuali pada dinding keenam yang sudah sangat aus, sehingga sulit dikenali lagi bentuk lukisannya. Yang menarik pada lukisan cadas ini adalah adanya goresan berbentuk bunga dengan kelopak berjumlah lima helai di antara bingkai pertama dan ketiga. (Retno Purwanti, 2003)

Adapun deskripsi masing-masing goresan pada tebing dinding batu adalah sebagai berikut (urutan mulai dari selatan):

  1. Dinding batu 1. berukuran panjang 80 cm, lebar 75 cm. Kedok ( muka manusia) digambarkan berujud kepala manusia dengan ukuran panjang 40 cm dan leher (berukuran 14 cm x 12 cm). Rambut hanya digambarkan berupa garis-garis tegak. Kedok ( muka manusia ) digambarkan tanpa telinga, begitupun dengan mata dan mulut tidak terlihat.
  2. Dinding batu 2. berukuran panjang 40 cm dan lebar 50 cm dan berjarak 15 cm dari garis batas bingkai pertama. Lukisan pada bingkai kedua ini berupa bunga. Jarak antara bingkai kedua dengan bingkai ketiga 40 cm.
  3. Dinding batu 3. berukuran panjang 90 cm dan lebar 66 cm. Lukisan di dalam bingkai sudah terlihat aus, meskipun samar namun masih tampak hiasan kedoknya. Seperti halnya kedok pada bingkai pertama, kedok kedua ini juga digambarkan dengan bagian lehernya (16 cm x 20 cm). Bagian mukanya sendiri berukuran 48 cm x 35 cm.
  4. Dinding batu 4. berukuran panjang 86 cm dan lebar 70 cm. Gambar kedok masih tampak jelas, menggambarkan muka manusia lengkap dengan bagian leher, telinga berbentuk segitiga, mulut dan mata yang dicungkils agak dalam sehingga tampak jelas. Sementara bagian rambut hanya berupa gores garis tegak. Jarak antara bingkai 3 dan 4 adalah 40 cm. Bagian kedok berukuran 50 cm x 36 cm dan leher berukuran .
  5. Dinding batu 5. berukuran panjang 110 cm dan lebar 50 cm dan berjarak 15 cm dari bingkai 4. Gambar kedok pada dinding 5 ini sama dengan dinding 1 dengan ukuran bagian muka 43 cm x 50 cm dan leher 15 cm x 14 cm.
  6. Dinding batu 6. sudah sangat aus, sehingga sulit untuk dideskripsi. Begitupun dengan ukuran bingkainya sulit untuk diukur, karena batasnya yang kurang jelas. Bingkai ini tampaknya baru dalam proses pembuatan, karena seperti tampak baru diratakan untuk membuat bingkainya.
  7. Dindingbatu7.terletakdibawahkeenamdindingdanberukuranpanjang90cmdanlebar 45cm. Gambar yang tertera pada bingkai 7 ini tidak dilengkapi dengan leher, tetapi ada rambut dengan gores garis, ada mata berbentuk bulat, hidungnya panjang dan mulut terbuka.

    Temuan menarik lainnya selain gambar kepala manusia dan gambar bunga dengan menggunakan teknik gores, yaitu terdapat lubang-lubang batu berbentuk sumur yang terdapat di atas punggung pada setiap bukit/tebing batu, baik pada bukit batuan yang ada gambar maupun pada batuan tanpa gambar. Sumur-sumur batu itu memiliki diameter antara 50-100 cm, dengan kedalaman 40 cm hingga 70 cm. Melihat bentuk dan penempatannya di atas punggung tebing, kemungkinan adalah buatan manusia dan difungsikan sebagai penampung air untuk praktek upacara ritual. Tidak menutup kemungkinan terkait dengan gambar-gambar gores yang terdapat di dinding tebing. Dugaan analitis ini memerlukan kajian yang lebih mendalam melalui penelitian ar keologi secara kontekstual.

    Bersambung…

    (artikel ini ditulis oleh Nasruddin, disadur dari tulisan yang berjudul “Potensi Data Prasejarah Dari Lahat Hingga ke Empat Lawang”, yang telah dipublikasikan dalam buku “Megalitik Pasemah, Warisan Budaya Penanda Zaman”)