Prancis pernah berkuasa di Bumi Raflesia selama tiga tahun (1760 – 1763). Fort Marlborough menjadi saksi bisu, merasakan bagaimana pedih dan sakitnya dihantam meriam Prancis secara bertubi-tubi. Delapanratus tembakan meriam mengoyak dan merobohkan kekokohan dinding-dinding kekar Fort Marlborough. Kerusakan Fort Marlborough merusak euforia kekuasaan Inggris di Bengkulu yang diganyang armada Prancis. Armada d’Estaing memasuki dermaga dan membuang sauh tepat dibawah dinding Fort Marlborough pada 3 April 1760.

Comte d’Estaing memimpin armadanya menghujani Fort Marlborough dengan delapanratus tembakan meriam. Pada Tanggal 1 April 1760, 200 orang berkebangsaan Eropa dengan dibantu 1800 orang lainnya berupaya memberikan perlawanan, untuk mempertahankan kedudukan kantor dagang EIC di Bengkulu. Mereka pun akhirnya menjadi tawanan pasukan Prancis. Kemenangan besar yang diraih Comte d’Estaing mengayang kekuasaan Inggris dan monopoli dagang rempah yang dimiliki dari bumi Bencoelen.

ririfahlen/bpcbjambi

Comte d’Estaing
Sumber Dok: Orang Indonesia dan orang Prancis: dari abad XVI sampai dengan abad XX

Serangan Prancis terhadap Inggris yang menguasai Bengkulu dilakukan setelah berlabuh di Padang pada 13 Maret 1760, Kapal-kapal Prancis menyinggahi Kota dagang penting milik Belanda. Armada Prancis dipimpin Comte d’Estaing melanjutkan perjalanan ke Bengkulu, daerah yang dijadikan Inggris sebagai pusat perdagangan rempah yang dikendalikan EIC dari dalam Fort Marlborough.

Serangan Prancis menimbulkan kerugian yang tidak sedikit bagi EIC. Kerusakan Fort Marlborough, ditenggelamkannya Kapal Denham milik loji Inggris. Pada 10 Mei 1760, Comte d’Estaing memimpin pasukanya menyerang Benteng Anna milik Inggris di Muko-Muko. Benteng Anna yang saat itu dijaga garnisun yang berkekuatan empatpuluh orang.

Dalam kurun waktu tersebut, Comte d’Estaing juga melakukan sejumlah serangan dan menghancurkan benteng milik Inggris yang berada di sepanjang pantai barat Sumatera. Serangan-serang tersebut telah menceraiberaikan empatratus serdadu Inggris dan sejumlah tentara bayaran, serta merampas limapuluh ton merica.

Kekuasan Prancis berakhir di Bengkulu pada tanggal 10 Februari 1763. Setelah dilakukannya penandatanganan Traktat Paris (1763). Traktar Paris 1763 merupakan perjanjian yang menyudahi perang tujuh tahun dan rekonsiliasi antara Kerajaan Prancis dengan Kerajaan Inggris setelah melakukan perundingan selama tiga tahun. Salah satu isi tratkat tersebut, memerintahkan Prancis untuk menyerahkan jajahannya di Asia dan Afrika kepada Kerajaan Inggris, kecuali beberapa daerah yang disebutkan dalam perjanjian tersebut. Bengkulu salah satu wilayah yang dikuasai Prancis pada masa itu, akhirnya kembali jatuh ke dalam kekuasaan EIC yang merupakan perusahaan dagang milik Kerajaan Inggris.