Wilayah OKU sebenarnya terletak di antara dua bentang alam yang berbeda. Di sebelah baratnya, adalah daerah dataran tinggi, bagian dari jajaran pegunungan Bukit Barisan. Sementara di sebelah timur, merupakan hamparan dataran rendah dan rawa yang sangat luas, yang berakhir di wilayah pantai timur Sumatera. Melalui wilayah OKU, kedua bentang alam berbeda itu dihubungkan oleh keberadaan Sungai Musi dan anak-anak sungainya, yaitu Sungai Ogan dan Sungai Komering. Dengan keletakannya itu, wilayah OKU akhirnya menempa posisi tersendiri dalam sejarah perkembangan kebudayaan-peradaban di Sumatera. Khususnya, Sumatera Selatan

Berbagai bukti kehidupan masa silam yang ditemukan menunjukkan, wilayah OKU ternyata memiliki perjalanan historis-kultural yang cukup panjang. Wilayah ini telah menjadi pilihan hunian bagi sekelompok masyarakat purba yang hidup di gua-gua, sejak sekitar 22.000 tahun lalu. Dan, ketika di wilayah pantai timur tumbuh peradaban klasik Hindu-Buddha (abad ke-7 sampai 13 Masehi), wilayah OKU juga menjadi bagian dari perkembangannya. Posisi historis-kultural wilayah OKU, dalam skalanya sendiri, terus berlangsung seiring dengan pengaruh budaya Islam dan Eropa yang masuk dan menstimulasi perkembangan kebudayaan-peradaban setempat.