Pertanggalan Megalitik Pasemah
Kapan sebenarnya pertanggalan Megalitik Pasemah? Penelitian arkeologi di Indonesia menunjukkan bahwa kebudayaan megalitik Indonesia mempunyai persebaran yang luas. Bukti persebaran megalitik dapat ditemui di berbagai penjuru dari Sumatra hingga Papua. Masuknya megalitik di nusantara menurut Robert von Heine Geldren dibawa oleh migrasi penutur Austronesia.
Salah satu pusat temuan megalitik penting di Indonesia terdapat di Dataran Pasemah, memanjang di sekitar Kabupaten Lahat dan Kota Pagar Alam, Provinsi Sumatera Selatan. Bentang alam wilayah ini merupakan daerah lembah, perbukitan, dan dataran. Wilayah Pasemah berbatasan dengan Gunung Dempo di sebelah barat daya dengan ketinggian ± 3.159 meter dpl dan Pegunungan Gumai di sebelah timur laut dengan ketinggian ± 1.700 meter dpl. Tinggalan-tinggalan megalitik di daerah ini tersebar di sela-sela hutan, perkebunan, persawahan, maupun pemukiman. Jenis bahan yang digunakan untuk membuat megalit merupakan batuan yang ditemukan di daerah tersebut, yang berasal dari Gunung Dempo. Batuan yang digunakan diantaranya andesit, breksi vulkanik, pasir tufaan, dan lain-lain.
Manusia pendukung kebudayaan megalitik Pasemah dipercaya telah menggunakan peralatan yang terbuat dari logam. Hasil ekskavasi Hoop (1932) di Tegurwangi menemukan manik-manik kaca dan beberapa benda logam. Petunjuk lain yang penting adalah bentuk nekara tipe Heger I yang dipahatkan pada relief Batugajah dan Air Puar. Bukti ini dapat dipakai sebagai pentarikhan kronologi waktu megalitik Pasemah, yakni pertengahan millennium pertama Masehi. Hasil pertanggalan karbon yang dilakukan kemudian menunjukkan bahwa megalitik Pasemah diawali dari abad ke-3 masehi.