Perdagangan

0
1787
BPCB JAmbi

Kronologi Perburuan Rempah Ke Bengkulu

Orang Eropa mengenal rempah-rempah dari pedagang Arab yang sebagai perantara berusaha menjaga rahasia sumber rempah-rempahnya supaya tidak diketahui asal muasalnya. Sisi kemisteriusan rempah-rempah membuatnya memiliki nilai yang sangat tinggi dan pastinya sangat mahal. Hal ini disebabkan karena pada masa itu keterjangkauan daerah sumber rempah-rempah sangatlah sulit dan jauh. Jadi sangatlah wajar jika para pedagang tersebut menjualnya dengan harga yang sangat tinggi dari harga yang ia dapatkan dari sumbernya.

BPCB JAmbi

Rempah-rempah tersebut salah satu rute perdagangannya yakni dari pelabuhan Alexandria dan Gaza menuju ke Venesia dan Genoa yang sejak abad VIII memegang monopoli perdagangan merica, kayumanis, pala dan cengkeh untuk Eropa.  Kebiasaan tersebut terus berlangsung hingga abad XVI.  Rempah-rempah kemudian menjadi simbol status.  Semakin kaya seseorang maka makanan pestanya semakin mahal karena rempah-rempahnya semakin banyak.

Beberapa manfaat rempah-rempah yang menjadi pemicu dari penjelajahan dunia masa lalu antara lain sebagai penyedap makanan, penghangat tubuh yang dicampurkan ke dalam minuman, dan sebagai bahan obat-obatan yang diramu atau langsung dikonsumsi. Selain manfaat langsung yang didapatkan dari rempah-rempah, manfaat lainnya ialah sebagai simbol status sosial. Hal ini pernah diceritakan ketika Raja Skotlandia berkunjung ke raja Inggris Richard I pada tahun 1194, setiap hari dia diberi 2 pon merica dan 4 pon kayumanis sebagai tanda keramahtamahan. Rempah-rempah akan diedarkan kepada para tamu dengan baki perak dan emas untuk dibawa pulang. Rempah-rempah juga diperlakukan seperti permata berharga. Beberapa diantaranya digunakan sebagai alat pembayaran karena harganya sama dengan emas. Rempah-rempah dalam perkembangannya menjadi simbol status yang untuk menikmatinya cenderung untuk dipamerkan daripada dikonsumsi sendiri.

Ketika jalur perdagangan rempah ini ditutup oleh kekalifahan Ottoman yang menguasai Turki dan Mesir dan menaikkan harga rempah-rempah secara semena-mena, Eropa mengalami kelangkaan rempah-rempah yang parah.  Ini menjadi peristiwa terpenting bagi sejarah dunia ketika Portugal dan Spanyol di abad ke 16 mulai menjalankan misi mencari pulau rempah-rempah dengan armada lautnya untuk mengakhiri dominasi arab dalam perdagangan rempah-rempah.

Keadaan geografis Bengkulu yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai kota pelabuhan, memberikan perhatian bagi pihak Inggris untuk mendirikan pelabuhan, sehingga pihak kolonial dapat lebih mudah untuk meningkatkan pengiriman hasil eksploitasi  hasil bumi, khususnya lada dari daerah Bengkulu ke Eropa.

Dalam perkembangannya daerah Bengkulu menjadi daerah yang cukup penting dalam jalur perdagangan, ini terlihat dari komoditi yang diperdagangkan di Bengkulu sejak tahun 1872 yaitu: Komoditi ekspor: lada, cengkeh, kopi, getah damar, getah karet, kayu manis, rotan, beras, buah pala, tembakau.Komoditi impor: tembikar, korek api, bir, buku, minuman keras , lampu, kulit, kain katun,  kain lipat, tepung, perabot an rumah tangga, minyak kelapa, payung, baja, gula, seng dan bahan pakaian.

Poster ini berjudul “Perdagangan”, poster ini dirancang dan didesain dalam rangka kegiatan pameran di Benteng Marlborough oleh BPCB Jambi. Bertepatan dengan pelaksanaan kegiatan peringatan Hari Pers Nasional 2014 di Provinsi Bengkulu, dimana puncak kegiatannya dipusatkan di Benteng  Marlborough.

Konsep dan desain : Tim Dokumentasi dan Publikasi BPCB Jambi