Pada awalnya, ketika melintasi kawasan perairan Bangka-Belitung, pelaut-pelaut masa lalu memanfaatkan bentang alam sebagai rambu-rambu navigasinya. Dalam rangka perkembangannya, pada akhir abad ke-19 Masehi, bentang alam tersebut mulai digantikan oleh Mercusuar. Pendirian mercusuar utamanya dikarenakan perairan diwilayah ini banyak terdapat gosong karang. Kapal-kapal yang berlayar harus dipandu agar tidak karam menabrak karang. Mercusuar diperlukan untuk mengarahkan kapal dengan mengikuti batas terluar cahaya lampu suar, yang merupakan jarak aman dari karang atau tempat-tempat yang dangkal. Di wilayah kepulauan Bangka-Belitung kini dapat dijumpai ada 11 mercusuar yang dibangun pemerintah Hindia-Belanda. Tujuh mercusuar terdapat di wilayah administrasi Bangka, yaitu di Tajung Kelian, Pulau Pelepas, Pulau Besar, Pulau Maspari (Pulau Lucipara), Pulau Celata (Pulau Celaka), Pulau Penyusuk, dan Tanjung Berikat.  Sisanya, empat mercusuar lagi, terdapat wilayah administrasi Belitung, yaitu di Pulau Lengkuas, Tanjung Air Lancur, Pulau Pesemut, dan Pulau Semidang

Poster ini berjudul “Mercusuar Bangka-Belitung: Dipandu, Agar Tidak Karam”, poster ini dirancang dan didesain dalam rangka kegiatan Pameran Cagar Budaya oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi (BPCB Jambi ) pada Pameran Cagar Budaya- Maritim Bangka Belitung, di Gedung Hamidah Kota Pangkalpinang. Kegiatan pameran ini diselenggarakan pada tanggal 23 – 29 Agustus 2017. Pelaksanaan pameran ini merupakan salah satu tugas dan fungsi yang dilaksanakan oleh Kelompok Kerja Dokumentasi dan Publikasi BPCB Jambi dalam melaksanakan sosialisasi dan menyebarluaskan informasi kekayaan peninggalan sejarah dan tinggalan cagar budaya bangsa dalam rangka menumbuhkan cinta tanah air dan memperkuat identitas bangsa.