(Penutup)

Legenda Si Pahit Lidah yang telah sangat melegenda dan populer dalam cerita-cerita rakyat yang di Indonesia. Kisah dan ketokohan Si Pahit Lidah yang memiliki nama Serunting Sakti ini tidak hanya berupa cerita yang dapat memberikan hiburan dan menyampaikan pesan-pesan moral bagi pembaca dan pendengarnya. Bagi masyarakat Besemah, khususnya Pelang Kenidai,Serunting Sakti merupakan figur yang diyakini sebagai pemimpin yang telah meletakan pondasi dasar nilai budaya dan norma yang ada dalam tatanan kehidupan pada suku Semidang. Masyarakat di Dusun Pelang Kenidai sangat menyakini bahwa kesaktian yang dimiliki PuyangSerunting Sakti merupakan simbol persatuan dari keturunannya yang ada saat ini dan juga menjadi alat kontrol sosial. Mereka yakin hingga saat ini kekuatan Serunting Sakti masih tetap ada dan melindungi dusun mereka.

Het graf van Serunting Sakti (Lidah Pahit) bij Pelangkenidai

Dalam persepsi masyarakat Besemah sendiri legenda Si Pahit Lidah tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan tinggalan megalitik yang banyak tersebar di daerah mereka. Legenda ini dianggap sebagai cikal bakal munculnya megalitik di daerah Pasemah. Dalam cerita yang beberapa telah dipostingdi laman website atau sosial media. Peristiwa-peristiwa yang menceritakan tentang kemunculan atau asal mula terjadinya megalitik karena ucapan Si Pahit Lidah, dalam cerita yang disampaikan tidak terlihat secara dominan mengisi alur cerita yang ada. Bahkan dalam cerita Si Pahit Lidah (Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat). Cerita yang disampaikan lebih dominan mengisahkan adu kesaktian antara kedua tokoh.

Tinggalan megalitik yang ada saat ini diyakini masyarakat sebagai wujud nyata dari legenda Si Pahit Lidah. Persepsi dan keyakinan masyarakat merupakan bukti bahwa antara mereka dan tinggalan megalitik memiliki ikatan dan hubungan yang kuat. Meski dalam fakta yang dilihat dilapangan indikasi ini tidak begitu kuat terlihat. Apalagi dikaitkan dengan aspek pelestarian dan pelindungan terhadap tinggalan megalitik. Interaksi dan peran serta masyarakat dalam tataran ini masih dirasakan sangat minim.

Keyakinan akan Legenda Si Pahit Lidah ini menjadikan cerita sebagai mitos yang tentunya mempengaruhi persepsi masyarakat dalam berprilaku dalam keseharian. Secara tidak langsung, hal ini telah memberikan filteryang melindungi tinggalan megalitik dari ancaman perusakan yang dilakukan masyarakat setempat. Minimnya interaksi masyarakat dengan tinggalan megalitik didorong oleh kekhawatiran dari dampak yang muncul jika melakukan pelangaran di daerah situs megalitik. Munculnya aksi vandalisme dan perusakan yang terjadi beberapa situs, kecenderungan lebih banyak dilakukan oleh pelaku yang berasal dari luar lingkungan  daerah situs megalitik tersebut.

Legenda Si Pahit Lidah bagi masyarakat di Pasemah memiliki makna ganda dengan keberadaan tinggalan megalitik. Dalam persepsi masyarakat terhadap megalitik merupakan monumen yang menjadi peringatan bagi mereka untuk mematuhi nilai dan norma yang telah diwariskan secara turun temurun dalam kehidupan. Megalitik yang ada merupakan bentuk sanksi nyata dari pelanggaran yang dilakukan.