Bentuknya persegi yang disanggah oleh bilah-bilah papan batu datar dengan ukuran yang cukup lebar dan dipancangkan ke dalam tanah, lalu pada bagian permukaan terdapat bongkahan batu berpunggung dengan sisi ventral berbentuk datar, sehingga tampak disanggah dengan beberapa bilah papan batu yang kokoh. Apabila diperhatikan, maka batu yang terdapat di permukaan menjadi penutup atau sebagai atap dari bangunan bilik batu tersebut. Sementara pada sisi samping dinding batu terdapat celah sebagai pintu rongga dari dua bilah papan batu yang mengapit sisi dinding kiri dan kanan. Apabila kita menengok ke bagian dalam, maka terdapat ruangan berbentuk persegi yang memungkinkan beberapa orang masuk ke dalamnya dengan posisi jongkok. Sedangkan pada bagian lantai menggunakan material batuan yang sama yaitu dengan papan batu dan menutupi seluruh permukaannya. Saat berada di dalam ruang bawah tanah tersebut, memang agak terasa lain dibanding di luar ruangan bilik batu. Ada aroma mistis yang tercium disertai dengan kelembaban batuan seolah menghimpit udara nafas, menyebabkan sesak dalam dada, tetapi seolah terlindungi dari amarah dan petaka.

ririfahlen/bpcbjambi

Sampai hari ini memang belum ada kejelasan dan kesimpulan yang kongrit dari para arkeolog mengenai apa sebenarnya fungsi bangunan bilik batu tersebut, masih sangat sumir dan spekulatif.

(artikel ini ditulis oleh Nasruddin, disadur dari tulisan yang berjudul “Melukis Dalam Bilik Batu”, yang telah dipublikasikan dalam buku “Megalitik Pasemah, Warisan Budaya Penanda Zaman”)

Bersambung…