Industrialisasi

0
2694

Poster Industrialisasi

Era Industri Indonesia dimulai pada masa kolonial Belanda berdekatan waktunya dengan awal perkembangan Industri di Inggris dan Amerika yaitu abad ke-18. Industri di Indonesia dimulai bersamaan dengan awal perkembangan Pabrik-pabrik Gula di Jawa. Tahun 1826, Indonesia pada masa kolonial& Belanda telah memiliki tiga pabrik gula di Jawa menggunakan mesin mesin produksi dan Steam Engine (Ketel Uap). Di wilayah kerja Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi terdapat cagar budaya yang terkait dengan industri mas kolonial Belanda, antara lain;

Kereta Api

Pesatnya pertumbuhan industri gula saat itu juga dikuti oleh perkembangan industri kereta api di akhir abad ke-18. Tercatat, sejarah perkeretaapian di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan kereta api di desa Kemijen, Jumat tanggal 17 Juni1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr L.AJ Baron Sloet van den Beele Pembanguna diprakarsai oleh “Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij” (NV. NISM) yang dipimpin olch Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju Desa Tanggung (26 Km) Sedangkan di luar Jawa ( Sumatera ), pembangunan rel KA juga dilakukan di Aceh tahun 1874., Sumatera Utara tahun 1886, Sumatera Barat tahun 1891, dan Sumatera Selatan tahun 1914. Pada tanggal 21 April 1924 dibangun Rel Muara Enim
Lahat dan stasiun oleh perusahaan Kereta Api Hindia Belanda SS (Saat Spoor Wagon) dan dilanjutkan pembangunan WERKPLAATS (sekarang dikenal Balai Yasa Lahat) dioperasikan pada tahun 1931 yang berfungsi sebagai bengkel untuk melakukan perawatan gerbong barang, kereta kayu dan lok uap. Kcreta api pada masa itu digerakkan oleh lokomotif uap
(steam engine) hasil pembakaran batu bara atau kayu.

Pertambangan Timah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki riwayat sejarah panjang sebagai daerah penghasil timah Timah yang berlimpah itu pun mengundang para imperialis datang ke Pulau Bangka dan hasil pertambangan timah dibawa ke kawasan Eropa melalui Muntok, yang terletak di ujung bagian barat Pulau Bangka. Di masa kolonial Belanda, pertambangan timah di Bangka dikelola olch badan usaha pemerintah kolonial “Banka Tin Winning Bedrijf” (BTW) dan di Belitung dilakukan oleh perusahaan swasta Belanda, masing-masing Gemeexnschappelijke Mijnbouw Maatschappij Biliton (GMB). Setelah timah
di Bangka dan Belitung mulai menyusut, meninggalkan sisa kejayaannya yang masih ada berupa bangunan yang terkait dengan sejarah budaya kejayaan pertambangan timah

Pertambangan Batu Bara
Tinggalan kolonial Belanda di Kabupaten Muara Enim tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pertambangan batu bara pada masa pendudukan Belandi Pertambangan tersebut berada di Tanjung Enim, dimulai sejak tahun 1919 dengan metode penambangan terbuka wilayah
pertambangan pertama yaitu di tambang Air Laya. Kegiatan penambangan dilanjutkan dengan metode penambangan bawah tanah dari tahun 1923 sampai 1940. Produksi untuk kepentingan komersial dimulai pada 1938. Setelah Indonesia merdeka, status perusahaan berubah menjadi perusahaan nasional pada tahun 1950, dengan nana Perusahaan Nasional Tambang Arang Bukit Asam.

Pertambangan Emas
Kabupaten Lebong memiliki tinggalan pertambangan emas di Lebong Tambang
(Lebong Donok) dan Lebong Sawah. Penambangan dan pabrik pengolahan emas di Lebong Tambang beroperasi pada tahun 1897 dikelola dleh Mining Co Rejang Lebong dan pada tahun 1941 ditutup karena dianggap endapan emas telah habis. Perambangan dan pabrik pengolahan emas di Lebong Sawah mulai beroperasi pada tahun 1906 dan pada tahun 1916 intensif dilakukan penambangan emas oleh pemerintah kolonial Belanda. Pada tahun
1931, penambangan emas di Lebong Sawah ditutup karena persedian kandungan endapan emas telah habis.

Pabrik Teh
Kabupaten Kepahyang memiliki pabrik pengolahan teh, dibangun pada tahun 1925
dan perkebuan teh di Kabawetan. Pembangunan pabrik teh ini sebagai tempat pengolahan hasil kebun teh yang mulai ditanam pada tahun 1910. Adanya perkebunan teh di daerah Kabawetan dikarenakan daerah ini merupakan dataran tinggi dan sesuai dengan tempat tumbuhnya pohon teh yang membutuhkan daerah suhu rendah dan dingin. Pabrik pengolahan teh dan perkebunan teh di Kabawetan sampai sekarang masih beroperasi.