Dugaan awal mengenai persebaran peninggalan megalitik Pasemah bahwa tidak hanya terdapat di Lahat dan Pagar Alam, tetapi melintasi batas administrasi hingga di wilayah Empat Lawang. Hal ini dibuktikan oleh hasil survey dengan adanya himpunan data bangunan megalitik berupa menhir, dolmen dan lumpang batu. Sebaran peninggalan berciri megalitik tersebut ditemukan di pekarangan rumah penduduk maupun di areal perkebunan kopi dan di kampung-kampung lama. Selama kegiatan survey berlangsung tidak banyak kendala yang ditemui, masyarakat sangat ramah dan sangat membatu dalam mencari lokasi situs dan artefak. Mereka pada umumnya terbuka dan antusias memberikan informasi yang diperlukan, sehingga cukup mudah menjangkau lokasi yang diketahui menyimpan peninggalan batu bersejarah.

Data baru yang ditemukan di wilayah Empat Lawang yaitu adanya peninggalan batu bergambar dan sumur batu di suatu areal perkebunan kopi, tepat di di desa Jarakan Kecamatan Pendopo, pemilik kebun diketahui bernama mbah Inul. Batu bergambar itu merupakan batu bolder dengan ukuran diameter cukup besar, terdiri dari empat panel gambar yang menapilkan profil kepala manusia sebatas leher dengan ciri rambut jabrik, mata melotot dan telinga lebar. Temuan batu bergambar kepala manusia di Empat Lawang ini belum pernah dikaji secara mendalam, bahkan belum mendapatkan perlindungan dari pihak Direktorat Cagar Budaya, sehingga kondisinya menghawatirkan. Menurut keterangan penduduk bahwa pada beberapa waktu yang lalu sering dikunjungi oleh sekelompok orang dari luar kampong Pendopo dengan maksud mencari benda-benda pusaka dengan cara menggali sejumlah lobang di sekitar bongkah batu bergambar tersebut. Tindakan ini tentu saja dapat merusak situs dari konteks arkeologi. Batu bergambar serupa ini mungkin tidak terdapat di tempat lainnya, sehingga perlu segera diteliti lebih lanjut dan diberi pengamanan sebagai langkah prepentif perlindungan cagar budaya.

Bersambung…

(artikel ini ditulis oleh Nasruddin, disadur dari tulisan yang berjudul “Potensi Data Prasejarah Dari Lahat Hingga ke Empat Lawang”, yang telah dipublikasikan dalam buku “Megalitik Pasemah, Warisan Budaya Penanda Zaman”)