Pembangunan kota-kota kolonial di Indonesia dimulai sejak dikeluarkanya undang-undang desentralisasi (desentralitatie wet) pada kisaran tahun 1900-an yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia-Belanda. Sejak memperoleh status sebagai kota otonom (Gemeente), maka dimulailah pembentukan tata kota yang dilakukan secara berkesinambungan. Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda ini pada dasarnya adalah usaha untuk melengkapi fasilitas hidup yang nyaman bagi pihak kolonialis. Adalah Herman Thomas Karsten, seorang planolog kota kolonial Hindia Belanda terkenal yang telah berjasa mendesain tata kota kolonial. Adapun gedung yang dibangun sebagai fasilitas penunjang kota kolonial meliputi: Schouwburg (gedung pertunjukan), Societeit (Balai pertemuan), Watertoren (gedung menara air), Bioscoop (Bioskop), Boulevard (alun-alun kota), Volkhuisvesting (perumahan rakyat), dan rumah ibadah.

Pada umumnya bangunan-bangunan ini memiliki gaya kolonial yang disesuaikan dengan lingkungan serta iklim dan tersedianya material pada waktu itu. Bangunan bergaya indis biasanya memiliki ciri khas berupa tiang-tiang dan dinding-dinding berplester tebal yang dipadukan dengan unsur tradisional yang dapat ditelusuri lewat adanya beranda depan, samping, dan belakang serta taman luas yang melatarinya.

Poster ini berjudul “Arsitektur dan Tata Kota Masa Kolonial”, poster ini dirancang dan didesain dalam rangka kegiatan Pameran Cagar Budaya yang di Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan pada tanggal 11 – 17 Desember 2015. Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi (BPCB Jambi ) pada Pameran Budaya Nusantara ini akut serta mendukung dan menyukseskan terlaksananya proses internalisasi dan pelestarian budaya ini. Pelaksanaan pameran ini merupakan salah satu tugas dan fungsi yang dilaksanakan oleh Kelompok Kerja Dokumentasi dan Publikasi BPCB Jambi dalam melaksanakan sosialisasi dan menyebarluaskan informasi kekayaan peninggalan sejarah dan tinggalan cagar budaya bangsa dalam rangka menumbuhkan cinta tanah air dan memperkuat identitas bangsa.