Meski ada ikatan sejarah, hubungan melayu- tionghoa di Bangka dan Belitung sebenarnya tidak luput  dari gesekan. Pada masa penjajahan Belanda, rasa iri terhadap orang-orang Tionghoa yang diistimewakan Belinda, juga terjadi. Namun kemudian, ketika Indonesia sudah merdeka, orang-orang Tionghoa di Bangka dan Belitung mulai berkolaborasi dengan orang-orang Melayu. Pengentalan identitas golongan kini sudah terjadi.

Di Sungai Liat misalnya, penamaan jalan ditulis dalam tiga Bahasa, yaitu Bahasa Indonesia, Arab dan Mandarin. Arsitektur berbagai bangunan pun terlihat memakai atribut dan konsep yang dise rap dari budaya lokal, yang diyakini sebagai sebuah kearifan. Meski memang masih ada yang mempertahankan ciri kelompoknya, hal tersebut bukan lagi dipandang sebagai perbedaan. Namun, menjadi sebuah mosaik yang memberi warna-warni bagi kebhinnekaan di Pulau timah ini.

Poster ini berjudul “Akulturasi Budaya: Budaya Lokal Sebagai Kearifan”, poster ini dirancang dan didesain dalam rangka kegiatan Pameran Cagar Budaya oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi (BPCB Jambi ) pada Pameran Cagar Budaya- Maritim Bangka Belitung, di Gedung Hamidah Kota Pangkalpinang. Kegiatan pameran ini diselenggarakan pada tanggal 23 – 29 Agustus 2017. Pelaksanaan pameran ini merupakan salah satu tugas dan fungsi yang dilaksanakan oleh Kelompok Kerja Dokumentasi dan Publikasi BPCB Jambi dalam melaksanakan sosialisasi dan menyebarluaskan informasi kekayaan peninggalan sejarah dan tinggalan cagar budaya bangsa dalam rangka menumbuhkan cinta tanah air dan memperkuat identitas bangsa.