Setelah berakhirnya perang Diponegoro, Sentot Alibasyah berserta pengikutnya dimanfaatkan Belanda untuk memerangi Kaum Paderi. Namun, karena dicurigai memiliki rasa keberpihakan pada Kaum Paderi. Sentot Alibasyah ditangkap dan diasingkan Belanda ke Bengkulu. Berdasarkan catatan sejarah Sentot Alibasyah diasingkan oleh Belanda di Bengkulu pada tahun 1833 hingga beliau wafat pada tahun 1855. Sebelum diasingkan Belanda ke Bengkulu, Sentot Alibasyah adalah Panglima Perang Pangeran Diponegoro yang terlibat dalam Perang Diponegoro pada tahun 1825 – 1830.

Makam Sentot Alibasyah dibangun secara istimewa disebabkan beliau termasuk tokoh yang disegani oleh masyarakat Bengkulu. Bangunan Makam Sentot Alibasyah terletak di Kompleks pemakaman umum yang kelilingi pagar tembok dan berpintu besi. Gapura pintu gerbang berbentuk kerucut, di dalamnya terdapat bangunan beratap (cungkup) dan di atas makam dihiasi dengan pilar seperti pintu gerbang. Terdapat ruang terbuka untuk peziarah. Untuk masuk ke cungkup harus melalui pintu gerbang utama yang memiliki anak tangga dan terdapat pipi tangga. Bangunan cungkup berbentuk seperti ”Tabot”.