Kawasan Cagar Budaya Muarajambi Menuju Warisan Dunia

0
1590
BPCB Jambi

Poster Sosialisasi ini  berjudul “Kawasan Cagar Budaya Muarajambi Menuju Warisan Dunia”, desain dan perancangan poster ini dilakukan untuk menjalankan salah satu tugas dan fungsi Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi dalam melakukan pubilkasi dan sosialisasi pelestarian cagar budaya.

BPCB Jambi

AYO DUKUNG DAN LESTARIKAN

Kenapa Kawasan Cagar Budaya Muarajambi Diajukan Sebagai Warisan Dunia (World Heritage) ke UNESCO?

Kawasan Cagar Budaya Muarajambi memiliki nilai universal luar biasa seperti terlihat dari temuan tinggalan budaya dan lingkungan yang masih utuh dan terjaga yang telah dipelihara oleh masyarakat lokal. Kawasan Cagar Budaya Muarajambi memiliki potensi untuk dinominasikan sebagai Warisan Dunia karena kriteria Petunjuk Operasional Pelaksanaan Konvensi Warisan Dunia, sebagai berikut: Menunjukkan perubahan nilai-nilai kemanusiaan penting, pada sebuah jangka waktu atau suatu periode masa kebudayaan dunia, pada pengembangan arsitektur atau teknologi, seni-seni monumental, tata kota dan desain bentang alam. Kawasan Cagar Budaya Muarajambi menggambarkan pertukaran nilai budaya dan kemanusiaan dalam sebuah jangka waktu antara masa budaya Hindu-Buddha di Indonesia dan khususnya di Jambi. Nilai kemanusiaan dapat terlihat pada bangunan candi berdasarkan filosofi Hindu-Buddha. Dalam istilah teknologi dan arsitektur, struktur menggambarkan keterampilan dan pengetahuan dalam berbagai bidang mulai dari pemilihan lokasi, metode pembangunan candi dan tata guna lahan yang disesuaikan dengan kondisi geografis dan lingkungan kawasan percandian. Kawasan Muarajambi – yang terletak di tanggul alam Sungai Batanghari dan merupakan daerah rawan banjir – telah ditata kembali menjadi daerah yang baik untuk ritual peribadatan dan permukiman pada masa itu. Temuan kanal artificial – yang melewati komplek percandian dan penampungan air- merupakan bukti bahwa manusia zaman dulu memiliki kearifan lokal untuk melindungi air, menggunakan kanal untuk transportasi, mendapatkan sumber protein dari berbagai jenis ikan yang berkembangbiak di kanal-kanal ini yang terhubung dengan Sungai Batanghari. Dari sudut pandang arsitektur, sangat jelas bahwa masyarakat lokal pada masa itu yang tinggal di sekitar Kawasan Cagar budaya Muarajambi telah memiliki kapasitas untuk merancang dan mendirikan struktur dari bata mengikuti filosofi Hindu-Buddha. Teknologi dalam membuat cetakan bata – mulai dari pemilihan bahan, pengecoran, pembakaran, dan mengaplikasikan teknik konstruksi – dianggap sebagai pengetahuan dan keterampilan unik manusia pada masa itu. Sebagai testimoni unik atau paling tidak, luar biasa bagi sebuah tradisi budaya atau peradaban yang masih berlaku atau yang telah hilang. Kawasan Cagar Budaya Muarajambi merupakan bukti peradaban yang dibangun pada masa Kerajaan Melayu Kuno sekitar abad ke-tujuh hingga 14 Masehi (pada masa Hindu-Buddha di Jambi). Sebagai contoh luar biasa tipe bangunan, ansambel atau lansekap yang menggambarkan tahapan signifikan pada pemukiman manusia, penggunaan lahan, atau pengelolaan air tradisional yang mewakili nilai-nilai budaya atau interkasi sebuah budaya (atau budaya-budaya), atau interaksi manusia dengan alam, khususnya jika telah rentan sebagai dampak dari perubahan yang tidak dapat dihindari.; Dari sudut pandang arsitektur, Kawasan Cagar Budaya Muarajambi merupakan struktur khas pada masa Hindu-Buddha di Sumatera sekitar abad 7 – 14 Masehi. Terdapat sekurangnya 82 reruntuhan bangunan kuno yang telah ditemukan di situs ini. Tujuh diantaranya telah dibuka dan diberikan tindakan konservasi intensif, yakni Gumpung, Tinggi, Tinggi I, Kembar Batu, Astano, Gedong I dan Gedong II, dan Candi Kedaton.