You are currently viewing Temuan gorong-gorong di Pasar Lama, Serang

Temuan gorong-gorong di Pasar Lama, Serang

Salam lestari!

Sobat budaya, akhir 2016 masyarakat kota Serang, Banten dikejutkan oleh berita temuan saluran air atau gorong-gorong tinggalan masa kolonial di Pasar Lama. Menindaklanjuti berita tersebut, BPCB Banten menerjunkan tim untuk melakukan observasi dan survei temuan. Gorong-gorong tersebut ditemukan saat dilakukan kegiatan pembangunan saluran pembuangan dari Benggala – Mangga Dua (gorong-gorong Pasar Lama) oleh Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Serang yang bertujuan untuk memperbesar saluran air.

Pekerjaan memperlebar saluran air

Temuan struktur bata tersebut memperlihatkan irisan huruf n yang disusun dengan bata rolak yang diduga merupakan gorong-gorong lama. Data yang dikumpulkan oleh tim BPCB Banten secara umum panjang gorong-gorong yang digali memiliki panjang 28,6 m dengan kedalaman di bawah jalan  4,19 m pada bagian timur dan  4,85 m untuk struktur di bagian barat. Gorong-gorong dengan struktur bata tersebut memiliki tinggi 1,30 m dengan lebar 1 m dengan ketebalan bagian dinding utara 0,90 cm,  dinding selatan 0,90 m, dan bagian lengkung row lock dengan ketebalan 0,45 cm.

Tampak mulut gorong-gorong dengan struktur susunan row lock

Bagian timur atau  batas timur gorong-gorong ada di kampung Mangga Dua dan Calung, sedangkan pembuangan akhir saluran ini keluar menuju sungai Cibanten. Berdasarkan penelusuran, gorong-gorong tersebut berhubungan dengan saluran yang berasal dari arah tenggara di bawah Jalan Sultan Ageng Tirtayasa kawasan Royal yang sekarang terdapat toko Tohaga yang sebelumnya melewati sebelah barat Masjid  At Tsauroh dan di sebelah timur Bank Jabar Banten (BJB) dan mengalir di bagian belakang rumah eks Bupati Serang.

Detail penampang sisi lengkung gorong-gorong

Saluran air tersebut merupakan bagian dari sistem drainase kota Serang yang diduga dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda. Gorong-gorong yang berada di Pasar Lama merupakan struktur yang dibangun untuk akses jalan menuju atau dari arah Banten lama. Adapun saluran air yang bukan untuk akses jalan merupakan saluran air terbuka atau tanpa tutup, seperti yang tampak di kampung Calung dan bagian lain. Hal tersebut sangat beralasan karena hingga saat ini memang daerah sekitar Pasar Lama memiliki topografi yang lebih rendah seperti yang terlihat di kampung Calung, dan keberadaan daerah yang memiliki topografi rendah di barat Pasar Lama ini disebut sebagai Gang Rendah oleh masyarakat.

Melihat beda tinggi yang cukup tajam antara jalan dengan permukaan tanah baik di sebelah timur maupun barat dimungkinkan karena kondisi jalan yang sering terendam air sehingga muncul upaya mengatasinya dengan meninggikan badan jalan secara berulang-ulang hingga mencapai titik ketinggian seperti saat ini. Upaya meninggikan badan jalan dapat dilihat dari stratigrafi dinding galian yang memperlihatkan adanya lapisan-lapisan tanah urug. Pada dinding galian di bagian barat tampak keberadaan lapisan tanah urug yang bercampur dengan sampah.

Sampah menutupi aliran saluran air

Hal lain yang menarik dari struktur gorong-gorong kuno tersebut juga terlihat pada lapisan dinding dalam gorong-gorong yang  telah dilapisi menggunakan plasteran dan penggunaan aspal. Aspal yang digunakan untuk melapisi dinding bagian dalam tersebut berfungsi sebagai lapisan kedap air yang dapat mempertahankan kekuatan struktur bata. Struktur bata untuk gorong-gorong tersebut dibangun di atas lapisan bedrock (berwarna abu keputih-putihan) sehingga memiliki daya dukung untuk menahan beban struktur bata di atasnya. Lapisan bedrock yang sama dapat dilihat di pinggir sungai Cibanten yang mengalir di sebelah Pasar Lama.

Mengamati lingkungan drainase seperti diuraikan di atas  nampaknya ada kesesuaian dengan peta lama masa pendudukan Belanda. Peta tahun 1887 memperlihatkan adanya saluran air yang menghubungkan daerah Benggala-Pegantungan-Royal-Kebun Sayur-Mangga Dua- Pasar Lama sampai ke sungai Cibanten. Melihat peta tahun 1887 ini tampaknya kemungkinan besar drainase yang ada saat ini sebelumnya merupakan saluran air alami (sungai kecil?) yang mengalirkan air dari sekitar Benggala sampai sungai Cibanten di dekat Pasar Lama.

Tidak berbeda jauh dengan peta 1887, sebuah peta Kota Serang tahun 1915 juga memperlihatkan hal yang sama. Semua saluran air seperti yang menghubungkan daerah Benggala sampai sungai Cibanten di Pasar Lama merupakan saluran terbuka kecuali pada saluran yang melintang jalan tampaknya dibuat gorong-gorong yang saat ini terdapat di Jalan Ahmad Yani dekat Bank Jabar Banten (BJB), Jalan Sultan Ageng Tirtayasa dekat tokoTohaga, Jalan Maulana Hasanuddin di Pasar Lama, dan kemungkinan di daerah Pegantungan juga terdapat gorong-gorong lama yang ukurannya lebih kecil.

Data mengenai temuan gorong-gorong tinggalan masa kolonial di Pasar Lama ini merupakan data baru, sehingga menjadikannya penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Sangat disayangkan, saluran air tersebut penuh dengan sampah. Jika kalian peduli dengan kota Serang dan tinggalan budayanya, jangan buang sampah sembarangan ya. Tinggalan budaya ini juga berhak untuk lestari karena mereka merupakan saksi berbagai peristiwa yang terjadi di masa lalu. So, let’s save our heritage!