Perubahan mendasar terhadap jalur perdagangan rempah di Kepulaun Nusantara terjadi pada tahun 1511, yaitu ketika Portugis berhasil merebut Malaka dan menjadikan kota pelabuhan ini sebagai koloninya. Dengan jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, maka berakhir pulalah jalur perdagangan rempah yang berpusat di Malaka. Faktor tersebut yang menjelaskan mengapa sejak awal abad ke-16 muncul pusat-pusat perdagangan baru di Kepulauan Indonesia untuk menggantikan Malaka, antara lain Aceh di ujung utara Pulau Sumatera, Banten di ujung barat Pulau Jawa, dan Makassar di ujung selatan Pulau Sulawesi.
Sepanjang periode abad ke-16 dan 17, Banten mampu mempertahankan kekuasaan mereka di wilayah Selat Sunda dimana penduduk lokal dengan aktif terus memproduksi lada untuk memenuhi permintaan pasar dunia. Salah satu pelabuhan di Banten yang cukup penting pada masa lalu adalah Teluk Lada.
Teluk Lada atau peper baai sebutan yang dikenal oleh bangsa asing, terletak di sebuah tanjung antara Tanjung Lesung dan Tanjung Liwungan (sebelum gunung Krakatu meletus tahun 1883). Diperkirakan daerah ini dahulu merupakan lokasi kegiatan transaksi jual beli lada yang sangat ramai. Terdapat gudang-gudang penyimpanan lada di pelabuhan ini. Di sepanjang garis pantai Teluk Liwungan terdapat perkebunan lada, sehingga pedagang lokal dan pendatang menyebutnya dengan “Teluk Lada”.
Sumber: https://jikp.bantenprov.go.id/read/artikel/421/ANTARA-KONFLIK-DAN-POTENSI-RENPAH-REMPAH-BANTEN-MASA-KOLONIAL-1600-1930.htm