Press Release
SEMINAR EKSPEDISI SUNGAI CIBANTEN
“Lupa Sungai dan Kebudayaan: Membingkai Ulang Peradaban dan Peranan Sungai Cibanten”
Kondisi Sungai Cibanten di masa lalu berbeda dengan kondisinya saat ini. Perubahan lingkungan menjadikan sungai ini seakan terlupakan termasuk budaya yang berkenaan dengannya di masa lalu. Seperti yang kita ketahui bahwa tahun 1670-an merupakan periode cemerlang dalam sejarah kerajaan Banten. Di masa itu, Banten memiliki armada kapal yang kuat. Armada kapal tersebut secara aktif berlayar melakukan kegiatan ke berbagai wilayah, seperti Persia, India, Siam, Vietnam, Cina, Filipina, dan Jepang. Banten juga memiliki pelabuhan yang besar. Sungai yang mengairinya juga menjadi jalur komunikasi ke lembah pertanian yang merupakan daerah pedalaman.
Sungai Cibanten yang berasal dari Gunung Karang, sekitar 30 km di Selatan, muaranya berada di Teluk Banten yang terbagi menjadi dua. Kedua muara sungai ini dijadikan pelabuhan pada masa Kesultanan Banten yakni pelabuhan internasional di sebelah Barat dan pelabuhan lokal yang disebut Karangantu (Guillot, 2008:66). Kehidupan masyarakat Banten yang memiliki latar belakang dalam dunia pelayaran, perdagangan dan pertanian mengakibatkan masyarakat Banten memiliki jiwa bebas dan lebih bersifat terbuka, dengan demikian mereka dapat bergaul dengan pedagang-pedagang dari berbagai bangsa yang lain. Jauh sebelum itu Sungai Cibanten juga menjadi bagian penting dari Kerajaan Banten Girang dengan menempatkan pusat pemerintahannya di tepian Sungai Cibanten sekitar 2 km di sebelah selatan pusat kota Serang sekarang.
Berkaitan dengan itu Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang akan melakukan Ekspedisi Sungai Cibanten yang diawali dengan seminar dengan tema “Lupa Sungai dan Kebudayaan: Membingkai Ulang Peradaban dan Peranan Sungai Cibanten”. Seminar yang diadakan pada hari Senin 5 Oktober 2015, di Hotel Mahadria, Jl. Kimas Jong No. 12, Serang, ini diharapkan menjadi pengingat dan ajang menghidupkan kembali masa kejayaan Banten di masa lalu. Dalam forum seminar ini, peserta diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam memberikan buah pikirannya serta menyampaikan aspirasinya untuk mencari jalan terbaik yang arif sehingga kelestarian Sungai Cibanten dan lingkungan di sekitarnya tetap terjaga.
Peserta dalam seminar ini berjumlah 100 orang yang terdiri dari dari berbagai instansi pemerintah terkait yang memiliki wewenang dalam pengelolaan Cagar Budaya di Provinsi Banten, tenaga pendidik/guru, pada akademisi/ mahasiswa, pelaku pariwisata, dan perwakilan Lembaga Swadaya Masyarakat yang berperan dalam program Cagar Budaya dan Lingkungan.
Kegiatan seminar ini terdiri dari dua sesi. Sesi pertama adalah presentasi materi oleh dua narasumber yang terbagi menjadi dua tema, yakni “Sungai dan Dinamika Peradaban: Kasus Banten Pada Masa Kesultanan” oleh Dr. Supratikno Raharjo dan “Riverine System dan Diaspora Orang Banten” oleh Drs. Endjat Djaenuderadjat yang dipandu oleh moderator yakni Boyke Pribadi, S.Sim, M.M. Sesi kedua adalah presentasi materi oleh dua narasumber yang terbagi menjadi dua tema, yakni “Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu Cibanten” oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Prov. Banten dan “Prosedur Penetapan Cagar Budaya (Sungai Cibanten: Sebagai Situs atau Kawasan Cagar Budaya)” oleh Drs. Surya Helmi yang dipandu oleh moderator Abd. Malik.
Seminar ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pelestarian cagar budaya yang mana Sungai Cibanten memiliki potensi besar untuk dikembangkan karena memiliki obyek cagar budaya minimal dari Banten Girang sampai ke Banten Lama. Demikian pula seminar ini diharapkan mendorong dan memotivasi pelestarian Sungai Cibanten yang membelah kota Serang.
Kegiatan seminar ini merupakan satu dari rangkaian kegiatan Ekspedisi Sungai Cibanten tahun 2015. Kegiatan lain dari ekspedisi tersebut adalah ekspedisi Sungai Cibanten itu sendiri, pameran, lomba foto, lomba menulis puisi, dan kemah budaya. Semua kegiatan tersebut pelaksanaannya direncanakan bulan oktober 2015.
Serang, 5 Oktober 2015