Banten Lama, salah satu kawasan yang menyimpan berbagai tinggalan arkeologis ini, sepertinya tidak habis-habisnya mengungkapkan kisah dari masa lalu. Keraton Kaibon, Surosowan, Pengindelan, dan tinggalan lain yang ada di kawasan ini seolah-olah bercerita kepada kita tentang kehidupan manusia di masa itu.
Salah satu jenis tinggalan yang juga menarik serta memberikan informasi tentang kehidupan manusia di masa lalu adalah makam. Di lingkungan Benteng Speelwijk, masih di Kawasan Banten Lama, terdapat beberapa makam Belanda. Makam-makam Belanda yang juga disebut dengan kerkhoff ini terletak di Kampung Pamarican, Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten.
Kata kerkhoff merupakan bahasa Belanda, yang jika dipecah menjadi dua suku kata maka kerk berarti gereja dan hoff adalah halaman. Menjadi tradisi orang Belanda yang mayoritas Kristen, menguburkan keluarganya di samping gereja. Lambat laun, kata kerkhoff menjadi sebutan untuk kuburan atau permakaman. Agak berbeda dengan beberapa makam Belanda yang ditemukan di dekat gereja, beberapa makam di Kota Serang ditemukan di dekat Benteng Speelwijk. Salah satu makam yang paling besar dan menarik di antara makam-makam tersebut merupakan makam Komandan Hugo Pieter Faure (1717 – 1763). Makam yang lain merupakan makam Jacob Wits, pegawai pajak dan pembelian (Kopman en Fiscaal Deserbezeting) yang wafat 9 Maret 1769. Ada pula makam Catharina Maria van Doorn (meninggal 8 Desember 1769), istri Jan van Doorn, yang berpangkat letnan, serta makam Maria Susana Acher, istri Thomas Schipers, pegawai pajak dan pembelian, yang meninggal pada 6 Juli 1743.
Makam-makam tersebut dibuat dari batu. Beberapa makam masih utuh, adapun sebagian yang lain sudah tidak utuh di bagian atas. Jika dilihat dari jenisnya, terdapat dua jenis makam di kerkhoff ini. Jenis makam pertama berupa makam dengan batur tinggi yang di atasnya terdapat bentuk persegi dengan profil pelengkung di bagian atas. Jenis kedua adalah makam berbentuk persegi, sederhana, dimana identitas yang dimakamkan dituliskan pada permukaan atas batu.
Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, yakni sekitar tahun 1811, Benteng Speelwijk mulai ditinggalkan. Hal ini disebabkan adanya ketegangan situasi politik dan keamanan.