You are currently viewing Banten, arti kata dan toponimi

Banten, arti kata dan toponimi

Salam budaya!

Halo sahabat budaya. Sebelumnya kita sudah mengulik tentang toponimi Serang, sekarang kita akan mencoba mencari tahu arti kata Banten.

Nama Banten ternyata memiliki beberapa arti yang berbeda-beda. Salah satunya adalah “katiban inten” yang berarti kejatuhan intan. Asal kata “katiban inten” ini dilatarbelakangi oleh sejarah Banten yang semula masyarakatnya menyembah berhala, kemudian memeluk agama Budha. Setelah Islam masuk ke Banten, masyarakat mulai mengenal dan memeluk agama Islam. Masyarakat Banten yang memeluk Islam inilah yang digambarkan seolah-olah kejatuhan intan.

Keresidenan Banten

Kisah lain tentang asal kata Banten adalah Sanghyang Batara Guru Jampang melakukan perjalanan dari timur ke barat, kemudian sampai ke suatu tempat yang bernama Surasowan. Saat tiba di Surasowan, Batara Guru Jampang duduk di atas batu yang kemudian dinamakan “watu gilang”. Batu tersebut bercahaya, yang kemudian dihadiahkan kepada raja Surasowan. Diceritakan bahwa Surasowan dikelilingi sungai yang jernih airnya, seolah-olah negeri ini dikitari oleh bintang biduri. Surasowan dilukiskan sebagai cincin yang diemban dengan intan (ban inten), kemudian menjadi nama Banten.

Cerita lain menyebutkan bahwa Banten berasal dari kata “bantahan”, dikarenakan masyarakat tidak mau tunduk pada peraturan yang telah ditetapkan. Aturan yang dimaksud adalah aturan yang dibuat oleh Belanda.

Terlepas dari kisah tentang asal nama Banten tersebut di atas, kata “banten” muncul jauh sebelum berdirinya Kesultanan Banten. Kata ini digunakan untuk menamai sebuah sungai, yakni Cibanten. Dataran yang lebih tinggi di tepi Cibanten disebut dengan Cibanten Girang yang disingkat menjadi Banten Girang (Banten atas). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Banten Girang, telah ada pemukiman di daerah ini sejak abad 11 – 12 Masehi.  Bahkan pada abad 16 M, daerah ini berkembang pesat. Perkembangan pemukiman di Banten Girang meluas ke arah Serang dan ke arah pantai. Daerah pantai tersebut kemudian menjadi Kesultanan Banten yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Kesultanan ini semula menguasai hampir seluruh bekas Kerajaan Sunda di Jawa Barat. Namun Sunda Kelapa atau Batavia direbut oleh Belanda, sedangkan Cirebon dan Parahiyangan direbut oleh Mataram. Daerah Kesultanan Banten kemudian diubah menjadi keresidenan oleh Belanda.