Pendopo Kabupaten Sumedang
Bangunan Pendopo Kabupaten Sumedang atau Gedung Srimanganti terletak di Kompleks Pendopo Kabupaten Sumedang. Kompleks ini berada di sebelah selatan alun-alun. Selain Gedung Srimanganti di kompleks ini terdapat bangunan- bangunan tua lainnya, seperti Gedung Bumi Kaler (1850) dan Gedung Gendeng (1850).
Gedung Srimanganti dibangun pada tahun 1706 dan merupakan bangunan permanen tertua di Kota Sumedang. Dibangun oleh Bupati Dalem Adipati Tanumaja yang memindahkan pusat pemerintahan dari Tegal Kalong ke tempat ini. Gedung Srimanganti berdinding tembok, berlantai tinggi dengan permukaan dilapisi tegel, dan pada bagian belakang terdapat tiang-tiang penyangga lantai. Jendela–jendela berukuran besar berbentuk segi empat dan kurva. Pintu-pintu berukuran cukup besar dan beberapa pintu pada bagian atas pintu terdapat ventilasi yang dihiasi motif floral. Unsur lantai yang ditopang tiang-tiang menunjukkan pengaruh budaya lokal, sedang unsur-unsur pada dinding, lantai, jendela, dan pintu beserta hiasan-hiasannya menunjukkan pengaruh budaya Eropa.
Pendopo Kabupaten Bandung
Pendopo kabupaten terletak di sebelah selatan alun-alun Kota Bandung dan sekarang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kelurahan Balong Gede, Regol, Kota Bandung. Pendopo Kabupaten Bandung dibangun pada 1810 sewaktu Bupati Wiranatakusumah II berkuasa dan menjadi kediaman resmi bupati.
Pendopo Kabupaten Bandung merupakan bangunan berarsitektur tradisional Jawa, beratap joglo susun tiga. Semula bangunan ini menggunakan bahan kayu dan beratap ijuk dan pada tahun 1850 atap diganti dengan genteng.
Pendopo Kabupaten Sukapura (Tasikmalaya)
Kabupaten Tasikmalaya semula bernama Kabupaten Sukapura. Kabupaten ini berdiri pada tahun 1641 beribu kota di Leuwi Loa di Sukaraja. Pada tahun 1813 pusat pemerintahan dipindah ke Kampung Empang, Sukapura, Sukaraja. Lokasi ini berjarak sekitar 19 km arah selatan Kota Tasikmlaya dan berada di sebelah timur jalan raya yang menghubungkan Kota Tasikmalaya dengan daerah di bagian selatan Kabupaten Tasikmalaya, seperti Sukaraja, Cibalong hingga Cipajutah di tepi Samudera Hindia.
Sisa bangunan pendopo berada di tengah pemukiman, kantor, dan sekolah. Di sebelah utaranya terdapa rumah warga dan bekas Puskesmas Sukaraja, di sebelah timur terdapat bangunan sekolah, di sebelah selatan terdapat rumah-rumah warga, dan di sebelah baratnya terdapat kantor Yayasan Wakaf dan Pusaka Sukapura. Di sebelah selatan pendopo berjarak 15 m terdapat kolam atau empang seluas 6000 m2. Tinggalan ini mempunyai nilai yang cukup penting terkait dengan sejarah Kabupaten Sukapura (Tasikmalaya).
Sisa bangunan pendopo kabupaten berupa bangunan berkonstruksi bata dengan spesi batu kapur dan bata merah tumbuk. Sisa bangunan berukuran panjang 14 m, lebar 10,5 m ; tinggi lantai 135 cm; dinding berukuran tebal 40 cm dan sisa tertinggi 440 cm, ukuran bata berkisar antara 20 x 5 x 8 cm dan 25 x 4 x 12 cm. Dinding dilepa dengan bahan campuran kapur dan pasir.
Pendopo Kecamatan Jatiwangi
Letaknya berada di sisi selatan alun-alun Jatiwangi dengan batas-batas sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan jalan M. Kuswa Sujana Atmaja, sebelah selatan berbatasan dengan komplek perumahan badan meteorologi Jatiwangi, sebelah barat berbatasan dengan TK Anggrek dan Kantor Dinas Pendidikan Kecamatan Jatiwangi, sebelah timur berbatasan dengan Kantor Kecamatan Jatiwangi. Secara administrative bangunan seluas 15 x 10,80 m dengan luas lahan 66 x 17 m ini masuk dalam wilayah Desa Sutawangi, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka.
Pengamatan terhadap kodisi bangunan ini mendapatkan banyak bagian yang telah mengalami penggantian bahan, namun keaslian denah bangunan masih dapat dipertahankan. Penggantian dengan bahan baru terlihat pada lantai dan atap.
Pendopo berukuran 12 x 12 m beratap genteng dengan model atap berbentuk limasan. Seluruh bagiannya menggunakan rangka kayu. Pagar keliling pendopo yang sekarang ini ada tampaknya merupakan penambahan baru. Dipisahkan oleh selasar terbuka selebar 3 m dan dihubungkan oleh koridor yang diberi atap selebar 5 m, bangunan pendopo terhubung dengan bangunan yang sekarang digunakan sebagai rumah dinas camat, namun tidak dimanfaatkan dan dibiarkan kosong. Bagian depan rumah dinas berupa serambi yang di kanan dan kirinya terdapat kamar dengan pintu tinggi yang terhubung dengan serambi. Bagian serambi terhubung dengan bagian dalam rumah memalui dua pintu utama model krepyak dengan dua daun pintu. Tiap pintu dilengkapi ventilasi pada bagian atasnya dengan pola hias motif geometris.
Karena bangunan rumah ini tidak dapat dimasuki, maka tidakdapatdiketahui tentang keadaan bagian dalamnya. Hanya dapat diduga bahwa di dalam masih terdapat satu kamar lagi. Hal tersebu diduga dari adanya jendela tinggi model krepyak di bagian kiri belakang rumah dan juga ada dua jendela model yang sama pada bagian belakang. Di bagian kanan bangunan tidak didapati adanya jendela, hanya ada satu pintu yang membuka ke halaman samping.
Pintu samping di bagian belakang dan dua jendela kaca pada sisi samping bangunan adalah bagian dari penambahan-penambahan bangunan baru.
Di halaman belakang rumah terdapat sumur yang telah tidak dimanfaatkan dan juga bangunan belakang yang terdiridari dua kamar. Keduanya juga sudah tidak digunakan.
Pendopo Kawedanan Leuwi Munding
Bangunan bekas kantor kawedanan Leuwi Munding ini sekarang digunakan sebagai bagian dari kantor Kecamatan Leuwi Munding. Letaknya berada di sisi Selatan alun-alun Kecamatan Leuwi Munding. Berukuran 19 x 18,20 pada koordinat 06°44’23,3” LS dan 108°20’42,2” BT.
Bangunan ini tampak lebih banyak mengambil unsur lokal dan memiliki perbedaan dengan bangunan kawedanan lainnya yang biasanya dilengkapi bangunan pendopo pada bagian depannya. Bangunan Kawedanan Leuwi Munding pada bagian depannya hanya berupa serambi berukuran 18 x 4 m dengan jajaran tiang-tiang kayu sebagai penopang atapnya. Lingkungannya sedikit banyak juga masih memakai pola tata letak kota lama (tradisional). Di sisi selatan berupa alun-alun dengan mesjid jami di sisi Barat, kemudian bangunan pelayanan public (pegadaian) dan kantor desa berda di sebelah selatan alun-alun, sedangkan pasar berada di atau sisi Utara kawedanan.
Bangunan beratap jurai model tumpang. Pintu masuk utamanya hanya satu dan diletakkan di tengah bagian depan. Tampak dari depan,bangunan ini memiliki empat jendela besar yang mengapit pintu masuk. Pintu masuk berupa pintu tinggi dengan dua daun pintu berpanel kaca berukuran tinggi 260 cm, lebar 140 cm yang pada bagian atasnya dilengkapi ventilasi berbentuk krepyak. Kusen pintu berukuran 357 x 170 cm dengan ukuran kayu 16 x 16 cm. Jendelanya juga berupa jendela tinggi dengan dua daun pintu berpanel kaca, namun di atas jendela tidak terpasang ventilasi.
Setelah melewati pintu masuk utama akan didapati serambi dalam berukuran 6,9 x 5,50 m yang pada kanan dan kirinya terdapat satu kamar berukuran 6,20 x 5,50 m. kedua kamar tersebut memiliki pintu yang terhubung dengan serambi dalam. Masing-masing kamar ini memiliki dua jendela berukuran tinggi 290 x 170 cm. Satu jendela membuka dengan arah pandang ke halaman depan, sedangkan satu jendela lainnya membuka dengan arah pandang ke halaman samping. Pada dinding yang menghubungkan ruangan serambi dengan ruangan berikutnya yang berada di bagian dalam terdapat satu lubang berbentuk bujur sangkar berukuran 146 x 146 cm. Fungsinya mungkin sebagai ventilasi udara dan cahaya dari ruang depan.
Masuk semakin ke dalam, melewati dua pintu tinggi akan didapati ruang tengah (galeri) yang cukup luas berukuran 6,95 x 6,80 m. Pada kedua sisi ruangan ini terdapat dua kamar, satu besar dan satu lainnya yang terletak paling belakang berukuran kecil. Kamar besar dengan ukuran 6,20x 3,64 m memiliki pintu tinggi dengan ventilasi model krepyak. Jendelanya hanya satu dan membuka dengan arah pandang ke halaman samping. Dua kamar paling belakang memiliki ukuran yang kecil 3,64 x 2,00 m. satu kamar digunakan sebagai dapur yang dilengkapi kamar mandi, sedangkan satu kamar lagi digunakan sebagai gudang. Kedua kamar berukuran kecil tersebut tidak memiliki jendela. Daun pintunya hanya berukuran tinggi 202 cm dengan lebar 83 cm. pada bagian dinding galeri yang menghadap bagian halaman belakang terdapat jajaran tiga jendela besar dengan daunnya yang model krepyak dengan bilah kisi-kisinya dapat dinaik-turunkan menggunakan bilah kayu pada bagian daun jendelanya. Jendela model ini juga terpasang pada jendela-jendela kamar.
*Diambil dari Khasanah Budaya Jawa Barat, terbitan BPCB Serang