Tradisi Megalitik adalah hasil dari sistem religi yang memusatkan pemujaan pada arwah leluhur. Sistem religi ini menghasilkan peninggalan budaya megalitik, pada umumnya berupa bangunan yang terbuat atau disusun dari batu besar diantaranya ialah dolmen, menhir, punden berundak, dan peti kubur batu.
Dolmen pada umumnya adalah batuan tunggal, monolith berbentuk meja batu yang ditopang oleh batu sebagai kakinya sehingga lebih menyerupai pelinggih atau meja. Menhir adalah sebuah batu tegak yang sudah atau belum dikerjakan dan diletakkan dengan sengaja di suatu tempat untuk memperingati orang yang telah mati. Menhir dianggap sebagai medium penghormatan, menampung kedatangan roh dan sekaligus menjadi lambang dari orang-orang yang diperingati.
Menhir merupakan indikasi dalam sebuah komunitas huni yang sudah mengenal sistem religi dan kepemimpinan. Dolmen berhubungan dengan penguburan atau tempat kedudukan pemimpin. Oleh karena itu, menhir dan dolmen dipandang sebagai tempat suci untuk melakukan pertemuan maupun ritual pemujaan arwah leluhur. Menhir dan dolmen yang ditemukan di daerah Jawa Barat selalu dalam suatu konteks lingkungan yang sama. Lingkungan alam dengan topografi dataran tinggi hingga pegunungan menjadi tempat ideal yang didukung oleh sumber mata air atau sungai. Pemilihan lingkungan seperti ini tentu beralasan bahwa gunung menjadi tempat tertinggi untuk bersemayam para leluhur.
Pasir Manggis adalah sebuah nama yang diberikan oleh masyarakat Tapos untuk menyebut
puncak sebuah bukit dengan ketinggian 700 sd. 800 meter dpal. yang berada di lereng utara Gunung Salak di selatan kampung Tenjolaya (Tenjolaya Kidul). Situs ini berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Di bukit tersebut terdapat obyek purbakala berupa punden berundak dan menhir yang dinamakan Situs Pasir Manggis. Perjalanan menuju situs dapat dilalui dengan kendaraan pribadi melewati jalan perkerasan di selatan kampung Tenjolaya. Jalan kampung ini sudah diperkeras namun di beberapa tempat kondisinya sudah rusak. Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam menuju puncak bukit maka dapat ditemukan struktur dengan pola undakan (punden berundak). Setidaknya dapat ditemukan 2 punden berundak yang tersusun dari arah utara menuju selatan atau orientasi punden berundak menuju puncak Gunung Salak di bagian selatan.
Punden pertama terdiri dari struktur dengan dua teras. Luas denah teras pertama sekitar 20 m² terdiri dari lebar 5,6 m dan panjang 3,5 m dan tinggi 0,5 m. Pada teras pertama terdapat sebuah menhir yang berbentuk simbol hati. Di sisi timur menhir terdapat patok batas yang dibuat oleh TNGHS. Denah teras kedua adalah struktur dengan luas 38 m² terdiri lebar 5,6 m dan panjang 3,5 m dengan tinggi 0,5 m. Sekitar 15 m dari punden pertama terdapat punden kedua.
Punden kedua merupakan struktur dengan pola 3 teras tersusun dengan orientasi utara-selatan. Teras pertama berukuran 4,2 m x 5,4 m terdapat empat buah menhir. Dua buah menhir yang terletak di sisi utara, satu menhir di sudut timur laut dan satu menhir di didi timur. Teras kedua berukuran 3,3 m x 3,7 m terdapat lima menhir yang keseluruhannya terletak di sisi selatan. Teras ke tiga atau terakhir berukuran 2,3 m x 1,6 m terdapat delapan buah menhir. Pada bagian selatan teras ke tiga terdapat sebuah batu yang diduga sebagai batu bergores.