Stasiun yang sudah tidak dipakai sejak tahun 1980-an ini terletak di Jalan Bandara Nusawiru, Dusun Kalenwadas, Desa Cijulang, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran. Stasiun ini merupakan pemberhentian terakhir jalur kereta api Banjar – Cijulang. Jalur kereta api ini melewati beberapa jembatan dan 4 terowongan, yakni Terowongan Batulawang, Terowongan Hendrik, Terowongan Juliana, dan Terowongan Sumber atau Terowongan Wilhelmina. Dahulu, jalur kereta api BanCi menghubungkan beberapa daerah di kawasan Ciamis selatan yang masuk dalam administrasi Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, dan Kota Banjar, yakni Banjar – Banjarsari – Padaherang – Kalipucang – Ciputrapinggan – Pangandaran – Parigi dan berakhir di Cijulang.
Pembangunan lajur kereta api Banjar-Parigi dibangun dalam dua seksi, yaitu seksi 1 Banjar-Kalipucang dan seksi 2 Kalipucang-Parigi. Seluruh panjang jalur dari Banjar ke Parigi yaitu 82,5 km. Pembelian tanah di seksi 1 dimulai pada bulan November 1913. Sedangkan di seksi 2 aktivitas diteruskan dengan pembangunan terowongan panjang dan dua terowongan pendek. Dari Kalipucang menuju Parigi merupakan daerah pegunungan. Untuk mencapai Parigi dari Kalipucang, terlebih dahulu harus melewati Gunung kendeng. Gunung ini merupakan salah satu rangkaian dataran tinggi Garut yang terjal ke arah laut.
Jalan yang harus dibangun dari Kalipucang ke Parigi melalui Gunung kendeng tidak mungkin dibuat dengan cara mengelilingi gunung. Hal ini dikarenakan perbukitan di wilayah tersebut sangat tajam menurun ke laut. Alternatif yang harus dilakukan yaitu dengan membuat terowongan. Terowongan yang dibuat pada pegunungan Kendeng ini merupakan terowongan terpanjang dan berada pada ketinggian 58 meter.
Setelah menembus Gunung Kendeng, maka lajur pembangunan diteruskan di lembah Parigi, dan dapat diselesaikan pada tahun 1918. Dalam rencana semula, Parigi merupakan akhir titik pembangunan. Setelah pembangunan sampai Parigi, ternyata daerah Parigi jurang cocok sebagai daerah pemberhentian. Akhirnya diusulkan kepada pemerintah untuk menambah ujung akhir lajur sejauh 5 km dari Parigi, yakni ke Cijulang. Cijulang dianggap cocok dan strategis sebagai tempat pemberhentian terakhir, karena di tempat ini memiliki lembah yang unik yang dapat meneruskan lajur sampai ke Tasikmalaya atau sepanjang pantai selatan menuju Pameungpeuk. Pembangunan dari Parigi ke Cijulang dapat diselesaikan pada tahun 1921 dan dapat digunakan untuk umum pada tanggal 1 Juni 1921.