Secara administrasi Masjid Agung Baitul Quddim berada di Jalan Puncak Jaya, Desa Loloan Timur, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Secara geografi berada pada titik koordinat 50 L 0238237, 9074166 UTM. Batas-batas Masjid adalah, sisi Utara Pemukiman, sisi Timur Pemukiman, sisi Selatan Jalan Raya, sisi Barat Pemukiman dan Sungai Ijogading. (No Inventaris : 3/14-01/STS/17)
Dari informasi pengelola Masjid, Masjid ini didirikan pada tahun 1679 oleh seorang ulama yang berasal dari suku Bugis dari Buleleng bernama Haji Yassin. Beliau lalu ke Timur Sungai, dan mendirikan Masjid di tepi sungai Ijogading. Masjid didirikan di atas areal konsensi (kesepakatan) dari I Gusti Ngurah Pancoran, dan semenjak tanggal 14 Nopember 1974 bernama Masjid “Baitul Qadim”. Masjid memiliki orientasi arah hadap Timur – Barat (sesuai kompas).
Kedatangan orang-orang Bugis-Makassar disambut baik oleh penguasa Jembrana, I Gusti Ngurah Pancoran yang memerintah sekitar tahun 1670. Atas ijinnya, pada tahun 1671, orang-orang Bugis-Makassar ini diberikan tempat untuk menetap dan bersama-sama dengan penduduk setempat untuk membangun sebuah bandar untuk menempatkan perahu-perahu orang Bugis-Makassar, bandar itu diberi nama Bandar Pancoran (Buda, 1990: 44). Bandar Pancoran ini terletak di lubuk-lubuk sungai Ijogading, yaitu lubuk Munter. Lambat laun bandar tersebut semakin ramai dan banyak orang bermukim di bandar tersebut, kemudian Bandar Pancoran pada tahun 1671 bernama Kampung Terusan. Pada tahun 1675 didirikan banjar rakyat Hindu yang bernama Mertasari yang berdampingan dengan perkampungan kaum muslim yang bernama kampung Timur Sungai. Pada tahun itu pula datang seorang ulama yang berasal dari suku Bugis dari Buleleng bernama Haji Yassin ke Timur Sungai, kemudian mendirikan Masjid di tepi sungai Ijogading. Ketiga komunitas orang-orang Bugis-Makassar ini (Bandar Pancoran, Kampung Terusan, Kampung Timur Sungai) kemudian disebut Loloan hingga saat ini.
Kedatangan orang-orang Bugis-Makassar di Jembrana kemudian disusul oleh kedatangan rombongan sisa eskuadron Sultan Pontianak, Syarif Abdulrahman Al–Qadery. Rombongan pimpinan Syarif Abdullah bin Yahya Al – Qadery atas izin Haji Syihabuddin seorang Mubaligh agama Islam asal suku Bugis di Buleleng, memasukkan perahu-perahunya di Kuala Perancak. Syarief Abdulah bin Yahya Al-Qadry merupakan tokoh yang sangat disegani di Loloan. Beliau bersama dengan masyarakat Bugis-Makassar dan pemimpin lokal di Jembrana membangun dan mengembangkan kerajaan Jembrana dan menciptakan kemajuan yang pesat.
Pada tahun 1804, Syarief Abdulah bin Yahya Al-Qadry beserta rekan-rekannya sepakat untuk membangun benteng pertahanan yang berlokasi di Loloan Timur, bernama Benteng Fatimah. Kemudian pada tahun 1858, Syarief Abdulah bin Yahya Al-Qadry wafat di Loloan Barat. Beliau dimakamkan bersama dengan beberapa ulama lainnya, yaitu: Ncik Ya’qub (Waqif Tanah Masjid dari Malaysia), Moyang Khotib (Da’i Penyebar Islam dari Sumatera), dan KHR. Ahmad Al-Hadi bin Dahlan Al-Falaky dari Semarang, di belakang Masjid Agung Baitul Qadim, Loloan Timur.
Makam Syarief Abdulah bin Yahya Al-Qadry dan Rekan-rekan di belakang Masjid Agung Baitul Quddim. Saat ini terdapat 6 buah makam, dan berada di sebuah bangunan yang beratap, kondisi makam sudah mengalami perbaikan. Menggunakan bahan batu bata, dan porselin / teghel, bagian makam diwarna dengan warna biru muda, bagian nisan berwarna putih. Ukuran Rumah Makam Keseluruhan adalah Panjang : 6,80 M, dan Lebar : 6 M.
1 Makam Ncik Ya’Quub
No Inventaris : 4/14-01/STR/11
P : 177 cm, L : 80 cm, T : 36 cm2
2 Makam Moyang Khotib
No Inventaris : 4/14-01/STR/12
P : 174 cm, L : 81 cm, T : 35 cm
3 Makam Daeng Marewa dari Goa Sulawesi
No Inventaris : 4/14-01/STR/13
P : 176 cm, L : 80 cm, T : 35 cm
4 Makam Syarief Abdullah Bin Yahya AL- Qadry dari Yaman
No Inventaris : 4/14-01/STR/14
P : 175 cm, L : 79 cm, T : 35 cm
5 Makam KHR. Ahmad AL-Hadi Bin Dahlan AL-Falaky dari Semarang (1920-1976)
No Inventaris : 4/14-01/STR/15
P : 168 cm, L : 92 cm, T : 35 cm
6 Makam istri dari KHR. Ahmad Nyai Hj. Mas’ Udah Binti Harumin.
(makam dari batu bata)
No Inventaris : 4/14-01/STR/16
P : 140 cm, L : 70 cm, T : 12 cm
Terdapat dua jenis atau bentuk nisan, ada yang berbentuk bulat panjang (silendris menyerupai gada) dan berbentuk pipih. Syarief Abdulah bin Yahya Al-Qadry beserta rekan-rekannya Ncik Ya’qub (Waqif Tanah Masjid dari Malaysia), Moyang Khotib (Da’i Penyebar Islam dari Sumatera), Daeng Marewa dari Goa Sulawesi, dan Syarief Abdullah Bin Yahya AL-Qadry dari Yaman disebut sebagai “Generasi 3 abad”. KHR. Ahmad Al-Hadi bin Dahlan Al-Falaky dari Semarang dan Nyai Hj. Mas’ Udah Binti Harumin disebut sebagai generasi baru.
Syarief Abdulah bin Yahya Al-Qadry wafat dengan meninggalkan banyak jasa dan perjuangan bagi umat Islam dan Pemerintah Kerajaan Jembrana. Untuk mengingat jasa-jasa beliau, maka Pemerintah Daerah mengabadikan nama beliau dengan memberikan nama sebuah jembatan yang menghubungkan Loloan Timur dengan Loloan Barat dengan nama “Jembatan Syarif Tua”.
Selain makam yang terdapat di belakang Masjid, terdapat juga beberapa tinggalan lainnya berupa Alquran Kuno, Prasasti Kuno, dan Bedug Kuno yang masih tersimpan di dalam Masjid Baitul Quddim.
1 Alquran Kuno
(No Inventaris : 1/14-01/BND/14)
Ukuran, Panjang : 49 cm, Tinggi : 31 cm, Tebal : 8 cm
Diskripsi : Alquran ini ditulis oleh Tuan Guru Datuk Ya’Qub Trangganau, dari Malaysia tahun 1238 Hijriyah . Alquran terdiri dari halaman 30 jus, 6.666 Ayat, 114 surat, 777.000 kalimat. Menggunakan bahan kertas dengan cover depan dari bahan kulit kambing. Kondisi saat ini terawat. Saat ini Alquran tersimpan di perpustakaan Masjid Agung Baitul Quddin.
2 Dudukan Alquran Kuno
(No Inventaris : 1/14-01/BND/15)
Ukuran, Panjang : 45 cm, Tinggi : 26 cm (setelah dibuka), Lebar : 23 cm, Tebal Kayu : 2 cm
Diskripsi : kondisi terawat, berwarna coklat tua. Dudukan Alquran ini difungsikan atau dipergunakan untuk meletakkan Alquran pada saat melaksanakan pembacaan Alquran. Pada sisi luar terdapat pahatan ornamen suluran bunga, garis – garis geometris yang biwarnai emas dan merah. Pada bagian sisi dalam tidak terdapat ornamen (polos).
3 Prasasti Kuno
(No Inventaris : 1/14-01/BND/16)
Ukuran, Panjang : 45 cm, Lebar : 16 cm, Tebal Kayu : 1 cm
Diskripsi : Prasasti ini berisikan kalimat “Surat Ikrar Wakaf”, menggunakan huruf Arab yang ditulis dan dibaca dari kanan ke kiri. Isi Surat Ikrar Wakaf tersebut adalah : “Hijrah Nabi SAW, seribu dua ratus enam puluh delapan (1268) tahun kepada tahun Hijiriyah. Sehari bulan Zul Qo’Idah, kepada hari Isnen Dewasa itulah Encik Ya’Qub orang Terengganau, mewakafkan ia akan barang istrinya serta muwafaqoh ia akan segala warisnya, yaitu Qur’an dan sawah satu tebih, di Mertesari perolehan empat puluh sibak, di dalam Masjid Jembarana Loloan ketika pak Mahbubah menjadi Penghulu dan bapak Mustika jadi Pemekel, saksik bapak Abdulloh Bin Yahya Al Qadri, khatib bapak Abdul Hamid, itulah adanya”.
4 Bedug Kuno
(No Inventaris : 1/14-01/BND/17)
Ukuran, Tinggi : 170 cm, Panjang : 152 cm, Diameter Depan : 84 cm, Diameter Belakang : 81 cm
Tebal Kayu Bedug : 4 cm
Diskripsi : Bahan yang digunakan adalah kayu, kulit sapi untuk bidang pukulnya. Kondisi masih utuh, warna kusam.
Bedug Kuno, Alquran Kuno, Dudukan Alquran Kuno, dan Prasasti Kayu