Inventarisasi Cagar Budaya/Objek Diduga Cagar Budaya di Kota Denpasar “Pura Maospahit Gerenceng”

0
12406

Tingggalan arkeologi sebagai data sejarah sangat penting untuk dilestarikan karena merupakan hasil karya budaya masyarakat pada masa lampau. Secara umum pulau-pulau di Indonesia memiliki potensi tinggalan arkeologi yang penting dan bernilai tinggi bagi pembentukan jati diri dan memperkokoh karakter bangsa. Berbagai bentuk dan jenis tinggalan arkeologi, sebagai bukti bahwa Indonesia memiliki peradaban yang tinggi pada jamannya dan tidak kalah dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini. Sebagai salah satu pulau di Indonesia yang kaya akan tinggalan arkeologi adalah Kota Denpasar, Provinsi Bali, yang memiliki berbagai macam bentuk dan jenis tinggalan arkeologi yang berasal dari berbagai kurun waktu baik dari masa prasejarah maupun masa sejarah. Beberapa bukti tinggalan yang ditemukan berupa goa hunian tata batu, yang berasal dari jaman prasejarah, arca, prasasti, candi, gapura, yang digolongkan dalam periode Bali Kuno, bangunan kolonial, keramik, yang berasal dari jaman penjajahan, serta tinggalan berupa masjid, makam, nisan, Al-quran yang berasal dari jaman kedatangan muslim di Bali.

Tinggalan-tinggalan yang berhasil diinventaris pada kegiatan ini di Kota Denpasar beranekaragam jenis dan bentuknya, merupakan tinggalan dari perkembangan kebudayaan hindu hingga masa kolonial. Antara lain tinggalan tersebut adalah pura, makam, dan bangunan berarsitektur kolonial.

Tinggalan arkeologi yang tersebar di Kota denpasar sebagian besar merupakan peninggalan dari kebudayaan Hindu hingga Kolonial dengan kurun waktu antara abad XIV hingga XX Masehi. Benda, bangunan, struktur, situs, dan satuan ruang geografis tersebut belum semuanya dapat diinventarisasi. Balai Pelestarian Cagar  Budaya (BPCB) Bali dengan wilayah kerja Provinsi Bali, NTB, dan NTT sebagai Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menangani masalah pelestarian cagar budaya memiliki tugas pokok dan fungsi antara lain melakukan kegiatan registrasi (inventarisasi dan dokumentasi) benda, bangunan, struktur, lokasi, dan satuan ruang geografis (kawasan) untuk diusulkan sebagai cagar budaya. Inventarisasi terhadap warisan budaya yang memiliki potensi sebagai cagar budaya meliputi beberapa aspek penting antara lain lokasi, bentuk, jenis, ukuran, jumlah, foto, dan pendeskripsian setiap peninggalan sejarah masa lalu sehingga didapatkan data yang lebih akurat dan lengkap.

 Sesuai dengan amanat dari UU No. 11 tahun 2010, bahwa Cagar budaya perlu dilestarikan dan dikelola oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan meningkatkan peran serta masyarakat untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan cagar budaya tersebut dalam rangka memajukan kebudayaan Nasional untuk kemakmuran rakyat.

Kegiatan inventarisasi warisan budaya di Kota Denpasar, dimaksudkan untuk lebih menyempurnakan kualitas data yang ada dalam arti hasil yang diperoleh benar-benar merupakan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, baik mengenai jumlah, jenis dan berbagai aspek penting lainnya. Sedangkan tujuan kegiatan ini adalah sebagai bahan dalam penyusunan Daftar Induk Inventarisasi Cagar Budaya yang tersebar di Provinsi Bali, sehingga dapat dijadikan dasar dalam penentuan kebijakan bagi upaya-upaya pelestarian dan pemanfaatannya. Dari hasil inventarisasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada dunia pariwisata yang berkunjung ke  Kota Denpasar sehingga di masa mendatang sangat bermanfaat bagi pengembangan wisata purbakala.

Situs Pura Maospahit Gerenceng

  • Nama : Pura Maospahit
  • No. Inventaris : 3/14-09/STS/02
  • Alamat : 
    • Banjar : Gerenceng
    • Kelurahan : Pemecutan Kaja
    • Kecamatan : Denpasar Barat
    • Kota  : Denpasar
    • Provinsi : Bali
  • Koordinat : 50 L 0303070; UTM 9042952
  • Luas Lahan  : 2166,6 m2 ( panjang 69 mdan lebar 31,4 m)
  • Batas-batas : 
    • Utara : Rumah Penduduk
    • Timur : Jalan Sutomo                                        
    • Selatan : Rumah Pendduduk
    • Barat  : Rumah Penduduk
  • Periode  : abad 16 Masehi
  • Latar Budaya  : Hindu  
  • Pemilik :  Masyarakat
  • Alamat Pemilik:
  • Pengelola : Masyarakat
  • Deskripsi  : Kompleks Pura Maospahit berbentuk bujur sangkar panjang yang mempunyai luas keseluruhan 2166,6 meter. Pura Maospahit dikelilingi penyengker yang dibuat dari bata merah dan tiap halamannya dihubungkan dengan candi bentar dan kori agung. Cara pengunjung memasuki halaman pura sedikit berbeda dibandingkan dengan pura yang lainnya. Pengunjung dapat memasuki kompleks Pura Maospahit melalui halaman luar (jaba kembar) kemudian menuju arah selatan dengan memasuki halaman kedua (jaba) melalui kori agung yang disebut candi rengat. Setelah itu keluar melalui gang kecil menuju arah barat dan memasuki halaman ketiga (jaba sisi) melalui kori agung kemudian memasuki halaman ke empat (jaba tengah) melalui candi bentar yang berelief. Setelah itu, melalui kori agung  pengunjung dapat memasuki halaman kelima (jeroan) dari Pura Maospahit.Pura Maospahit terdiri dari 4 halaman, yaitu :
  • Jaba kembar ada beberapa bangunan, antara lain Candi Kesuma, Piasan dan Ratu Ngerurah Pengalasan, Bale Kulkul, Bale Kembar. Pada halaman ini tidak ada bangunan besar maupun pelinggih melainkan hanya ada satu kori agung  disebut candi rengat. Bangunan candi rengat dilengkapi dengan tangga yang terdiri atas lima anak tangga dan tiap sisinya terdapat pipi tangga tanpa hiasan atau polos. Selain itu juga ada pintu dari kayu yang dapat dibuka dan ditutup serta di sisi kanan dan kiri pintu ada tembok bata yang melingkupi pintu. Diatas pintu terdapa latiyu tiga tingkat yang dipahatklan hiasan-hiasan. Bagian puncak terdiri atas tiga tingkat dan tiga teras. Pada tiap teras ada hiasan antefiks berbentuk kubus dengan gambar kala makara. Pada tingkat satu dan dua terdapt lubang-lubang, sedangkan di tingkat tiga berbentuk kubus dan kemungkinan pada bagian tengahnya juga terdapat lubang. Bagian kanan dan kiri pintu terdapatsayap melintang dengan bentuk ke samping yang semakin mengecil. Di bagian atasnya berbentuk kubus dan pada terasnya ada hiasan antefiks berbentuk kubus dengan ambar kala makara.
  • Jaba sisi ini terdapat beberapa bangunan, antara lain: Candi rebah, Bale Sekilu, Pererepan, Pewaregan, Bale Gede, Sember, Pelinggih Batara Wisnu, Candi Bentar. Pada candi bentar terdapat relief-relief yang beruukuran cukup besar dimulai dari relief yang berada di sisi utara, yaitu: 1) Relief ini menggambarkan seorang tokoh dengan mata melotot dan mulut terbuka terlihat deretan gigi depannya. Tokoh ini memakai mahkota di atas kepalanya dan rambut ikal menjulur di samping mahkota dan telinganya. Memakai perhiasan kalung dan tangannya memegang sebilah senjata yang menyerupai pedang. 2) Relief ini menggambarkan seorang tokoh wanita, dengan mata dan mulut terbuka, Di kepoalanya memakai mahkota, rambutnya ikal menjulur hingga ke bahu. Tampak kedua tangannya sedang memegang sesuatu tetapi terlihat dengan jelas. 3) Relief ini menggambarkan tokoh berwajah seram dengan mata melotot mulut terbuka sehingga memperlihatkan taring dan giginya. Memiliki hidung yang besar, memegang senjata menyerupai pedang. 4) Relief ini menggambarkan tokoh yang berwajah seram dengan mata melotot dan mulut terbuka sehingga memperlihatkan taringnya. Rambutnya digulung ke atas, mengangkat tangan kanan ke samping atas dan tangan kirinya dilipat ke dada, dan diidentifikasikan sebagai Bima. 5) Relief ini menggambarkan seorang tokoh yang berwajah hewan dan bertubuh manusia kerena memiliki mulut yang menyerupai paruh burung. Mulutnya dalam keadaan terbuka dan memperlihatkan giginya, mata melotot. Keduanya tangannya terlihat menggenggam sesuatu yang menyerupai tongkat, dan diidentifikasikan sebagai Garuda. 6) Relief ini menggambarkan seorang tokoh dengan mata dan mulut yang terbuka sehingga giginya terlihat, tangan kanan sedang memegang senjata cakra dan tangan kirinya menjulur ke bawah. 7) Relief ini menggambarkan seorang tokoh yang berwajah hewan dan bertubuh manusia karena memilikimulut yang menyerupai paruh burung. Mulutnya terbuka sehingga taring dan giginya terlihat, tangan kanan memegang senjata.
  • Jaba tengah hanya terdapat dua buah bangunan, diantaranya Bale Semanggen dan Bale Tajuk.
  • Jeroan, bangunan yang terdapat di dalamnya antara lain: Gedong Batara Guru, Ratu Pregina, Betara Taksu, Gedong Candi Raras Maospahit, Ratu Hyang Agung, Piasan, Gedong Candi Raras Majapahit, Pelinggih, Betara Taksu, Ratu Pregima, Bale Petirtan, Komplek Sanggah Pemangku, Bale Pengayuman, Kori agung, Menjangan Saluang. Pada candi Bentar belahan Utara ada relief Bima yang besar dililit dua naga, relief tersebut dinamakan Ratu Ngurah Bayu. Berjejer ke Utara pada dinding candi ada patung Dewa yama, Indra, dan Sangkara. Pada belahan candi bagian Selatan ada relief berupa burung garuda membawa sangku amerta ‘periuk kehidupan’ dan dinamakan Ratu Ngurah Paksi. Berjejer ke arah Selatan dewa Kuwera dan Baruna. Menurut Jro Mangku relief-relief sakral yang mendampingi Ratu Ngurah Bayu dan Ratu Ngurah Paksi adalah lima dewata yang disebut Sanghyang Pancakorsika. Mereka adalah dewa penjaga kiblat, keberadaannya diyakini sebagai yang menganugerahkan rahmat perlindungan gaib sehingga kesucian pura dan umat yang melakukan persembahyangan.
Denah Pura Maospahit
  • Gedong Candi Raras Maospahit
  • No. Inventaris  :  2/14-09/BNG/11
  • Lokasi    :  Pura Maospahit Grenceng
  • Bahan :  Bata
  • Warna :  Merah Bata
  • Ukuran : 
  • Koordinat : 50 L 0303363, 9042949 UTM
  • Periodisasi  : Abad 16 M
  • Latar Budaya : Hindu
  • Kondisi : terawat
  • Deskripsi : Bangunan ini berdenah bujur sangkar menyerupai batur yang terdiri dari dua tingkat dan terbuat dari bata, berukuran panjang 4,1 m dan lebar 3,9 m. Batur tingkat pertama ukurannya lebih luas dari batur tingkat ke dua, setiap sisi batur pertama dan kedua terdapat hiasan dipahatkan cekung yang berbentuk bulatan di bagian tengah. Pada tingkat ketiga ada bangunan yang terdiri atas satu ruangan di dalamnya dan di bagian tengahnya ada pintu dengan ornamen latiyu yang ditutupi dengan sekat-sekat kayu. Terdapat duang buah patung penjaga yang terbuat dari tanah liat bakar (tembikar) yang diletakkan di depan pintu bangunan pada sisi kiri dan kanan. Delapan anak tangga yang menghadap ke arah pintu, pipi anak tangga berbentuk naik turun mengikuti struktur anak tangga, atap berbentuk tajuk dan kerangkanya darai kayu yang ditutupi ijuk.Gedong Candi Raras maospahit berfungsi sebagai tempat pemujaan kepada leluhur dari Bali.
  • Gedong Candi Raras Majapahit
  • No. Inventaris  : 2/14-09/BNG/12
  • Lokasi : Pura Maospahit
  • Bahan : Bata
  • Warna : Merah Bata
  • Ukuran : 3,4 m x 3 m
  • Koordinat : 50 L 0303064, 9042965 UTM
  • Periodisasi : Abad 16 M
  • Latar Budaya : Hindu
  • Kondisi : terawat
  • Deskripsi : Bangunan ini berdenah bujur sangkar, dibuat dari bata, berukuran 3,4 m dan lebar 3 m. Alas berbentuk batur dengan tiap sisinyadi beri hiasan, bagian atas pintu latiyu tiga tingkat dan dinding di sisi kanan dan kiri di beri hiasan. Terdapat anak tangga berjumlah enam buah menghadap ke arah pintu, atap berbentuk tajuk dengan kerangka dari kayu ditutupi ijuk. Gedong Candi Raras Majapahit berfungsi sebagai tempat pemujaan kepada leluhur dari Majapahit.
  • Arca Terakota
  • No. Inventaris : 1/16-03/BND/14
  • Lokasi  : Pura Maospahit Grenceng
  • Bahan  : Tanah Liat
  • Warna  : Coklat kemerahan  
  • Koordinat  : 50 L 0545925, 9062303 UTM
  • Periodisasi : Abad 17-19 M
  • Latar Budaya : Hindu
  • Kondisi  : terawat
  • Deskripsi :  Merupakan arca penjaga yang memegang senjata di tangan kanan dan tangan kiri terdapat bekas senjata (tameng), kondisi badan arca retak dari kepala hingga badan, bentuk muka pipih melebar, terdapat lipatan pada dahi, alis panjang dan melengkung, mata terbuka, hidung mancung, kumis panjang, mulut sedikit terbuka dan memperlihatkan gigi-giginya yang kecil dan rapat, pipi tembem, bentuk leher lebih terlihat, memakai kalung, dada besar, perut rusak, kaki dalam posisi terkangkang.
  • Candi Kesuma
  • No. Inventaris : 4/14-09/STR/29
  • Lokasi :  Pura Maospahit
  • Bahan  :  Batu Bata
  • Warna  :  Merah Bata
    • Ukuran : Lebar : 5 m
    •  Tebal : 1,2 m
  • Koordinat : 50 L 0545925, 9062303 UTM
  • Periodisasi  : Abad 17-19 M
  • Latar Budaya : Hindu
  • Kondisi : terawat
  • Deskripsi  :  Candi Kesuma (kori agung) yang berukuran lebar 5 m dan tebal 1,2 m. Candi kesuma dibuat dari bata dan di tengahnya ada pintu kayu terbelah dua dengan lebar 80 cm sebagai jalan masuk ke dalam pura. Di sisi kanan dan kiri pintu kayu, ada tembok bata yang melingkupi pintu itu. Pada puncak pintu ada latiyu (tingkat ambang pintu) tiga tingkatan yang dipahatkan hiasan-hiasan. Pada bagian atap ada dua tingkat dengan lubang-lubang dan di bagian teras dihias berbentuk kubus yang menggambarkan kala mata tunggal dan bagian puncaknya berbentuk kubus. Bagian kanan dan kiri pintu ada sayap melintang dengan bentuk hiasan yang sama, tetapi hanya dari satu tingkat saja.
  • Candi Rengat
  • No. Inventaris :  4/14-09/STR/30
  • Lokasi :  Pura Maospahit
  • Bahan :  Batu Bata
  • Warna  :  Merah Bata
  • Koordinat : 50 L 0545925, 9062303 UTM
  • Periodisasi : Abad 17-19 M
  • Latar Budaya  : Kolonial
  • Kondisi : terawat
  • Deskripsi  : Candi Rengat yang berukuran panjang 3,2 m dan lebar 1 m. Candi rengat merupakan pintu dari bata berfungsi untuk menghubungkan antara halaman jaba kembar dengan jaba sekaligus merupakan jalan menuju halaman selanjutnya. Bangunan candi rengat dilengkapi dengan tangga yang terdiri atas lima anak tangga dan tiap sisinya terdapat pipi tangga tanpa hiasan atau polos. Selain itu juga ada pintu dari kayu yang dapat dibuka dan ditutup serta di sisi kanan dan kiri pintu ada tembok bata yang melingkupi pintu. Diatas pintu terdapa latiyu tiga tingkat yang dipahatklan hiasan-hiasan. Bagian puncak terdiri atas tiga tingkat dan tiga teras. Pada tiap teras ada hiasan antefiks berbentuk kubus dengan gambar kala makara. Pada tingkat satu dan dua terdapt lubang-lubang, sedangkan di tingkat tiga berbentuk kubus dan kemungkinan pada bagian tengahnya juga terdapat lubang. Bagian kanan dan kiri pintu terdapatsayap melintang dengan bentuk ke samping yang semakin mengecil. Di bagian atasnya berbentuk kubus dan pada terasnya ada hiasan antefiks berbentuk kubus dengan ambar kala makara.
  • Candi Rebah
  • No. Inventaris  : 4/14-09/STR/31
  • Lokasi : Pura Maospait
  • Bahan  : Batu Bata
  • Warna  : Merah Bata
  • Ukuran :
    • Tebal : 1 m
    • Lebar 3,7 m
  • Koordinat : 50 L 0545925, 9062303 UTM
  • Periodisasi : Abad 17-19 M
  • Latar Budaya  : Hindu
  • Kondisi  : terawat
  • Deskripsi  :  Candi Rebah berukuran 3,7 m dan tebal 1 m. Candi rebah merupakan pintu masuk menuju halaman jaba sisi yang berbentuk kori agung. Pada bagian tengah terdapat pintu kayu terdiri atas dua daun pintu yang dapat dibuka tutup. Di sisi kanan dan kiri pintu terdapat tembok bata merah melingkupi pintu dan bagian atas pintu terdapat latiyu di atasnya ada tiga tingkat yang dipahat hiasan-hiasan.
  • Candi Bentar
  • No. Inventaris : 4/14-09/STR/32
  • Lokasi  : Pura Maospahit Grenceng
  • Bahan :  Batu Bata
  • Warna :  Merah Bata
  • Ukuran : 
    • panjang 20,5 m
    • Tebal : 1 m
  • Koordinat : 50 L 0545925, 9062303 UTM
  • Periodisasi : Abad 16 M
  • Latar Budaya : Hindu
  • Kondisi   : terawat
  • Deskripsi : Candi bentar merupakan pintu masuk menuju jaba tengah, letaknya di halaman jaba sisi dengan ukuran panjang di sisi utara 10,5 m dan sisi selatan 10 m. Pada candi bentar terdapat relief-relief yang beruukuran cukup besar dimulai dari relief yang berada di sisi utara, yaitu: 1) Relief ini menggambarkan seorang tokoh dengan mata melotot dan mulut terbuka terlihat deretan gigi depannya. Tokoh ini memakai mahkota di atas kepalanya dan rambut ikal menjulur di samping mahkota dan telinganya. Memakai perhiasan kalung dan tangannya memegang sebilah senjata yang menyerupai pedang. 2) Relief ini menggambarkan seorang tokoh wanita, dengan mata dan mulut terbuka, Di kepoalanya memakai mahkota, rambutnya ikal menjulur hingga ke bahu. Tampak kedua tangannya sedang memegang sesuatu tetapi terlihat dengan jelas. 3) Relief ini menggambarkan tokoh berwajah seram dengan mata melotot mulut terbuka sehingga memperlihatkan taring dan giginya. Memiliki hidung yang besar, memegang senjata menyerupai pedang. 4) Relief ini menggambarkan tokoh yang berwajah seram dengan mata melotot dan mulut terbuka sehingga memperlihatkan taringnya. Rambutnya digulung ke atas, mengangkat tangan kanan ke samping atas dan tangan kirinya dilipat ke dada, dan diidentifikasikan sebagai Bima. 5) Relief ini menggambarkan seorang tokoh yang berwajah hewan dan bertubuh manusia kerena memiliki mulut yang menyerupai paruh burung. Mulutnya dalam keadaan terbuka dan memperlihatkan giginya, mata melotot. Keduanya tangannya terlihat menggenggam sesuatu yang menyerupai tongkat, dan diidentifikasikan sebagai Garuda. 6) Relief ini menggambarkan seorang tokoh dengan mata dan mulut yang terbuka sehingga giginya terlihat, tangan kanan sedang memegang senjata cakra dan tangan kirinya menjulur ke bawah. 7) Relief ini menggambarkan seorang tokoh yang berwajah hewan dan bertubuh manusia karena memilikimulut yang menyerupai paruh burung. Mulutnya terbuka sehingga taring dan giginya terlihat, tangan kanan memegang senjata.
  • Kori Agung
  • No. Inventaris : 4/14-09/STR/33
  • Lokasi : Pura Maospahit Grenceng
  • Bahan : Batu Bata
  • Warna : Merah Bata
  • Ukuran :
    • Lebar : 5,4 cm
    • Tebal : 1,2 cm
  • Koordinat : 50 L 0545925, 9062303 UTM
  • Periodisasi : Abad 16 masehi
  • Latar Budaya  : Hindu
  • Kondisi : terawat
  • Deskripsi : Kori Agung merupakan pintu penghubung antara jaba tengah dan jeroan dengan ukuran lebar 5,4 m dan tebal 1,2 m, di bagian tengah ada pintu terdiri dari dua buah daun pintu yang dapat dibuka tutup.Sisi kanan dan kiri terdapat tembok yang melingkupi pintu dan di bagian atas ada latiyu tiga tingkat yang diberi hiasan. Bagian puncak terdiri atas empat tingkat dengan teras dengan hiasan antefiks berbentuk kubus yang digambarkan seperti kala-makara pada tiap terasnya. Pada tingkat pertama, kedua dan ketiga ada lubang-lubang, sedangkan di tingkat tiga berbentuk kubus.