Tugu Belanda (Makam Belanda) di Panton Labu Kabupaten Aceh Utara
BPCB Aceh : Tugu Peringatan atau Makam Belanda yang berada di Jalan Perdagangan, Kota Pantonlabu, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara yang terletak diatas tanah seluas 20 x 12 meter yang tidak begitu jauh dari perempatan jalan Lintas Sumatera hanya berjarak sekitas 30 meter arah selatan, Makam ini merupakan bukti peninggalan sejarah masa kolonial masa kolonial belanda, Makam belanda atau tugu Belanda yang dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama JERAT KAPHE artinya Makam Non Muslim, menurut informasi masyarakat Tugu ini adalah makam para Korban Patroli Belanda di bawah pimpinan Sersan Vollaers di Meurandeh Paya yang tewas dalam perang dengan Pasukan Cut Mutia ( Pejuang- pejuang Aceh).
pada tanggal 26 Januari 1905 pasukan pejuang Aceh yang dipimpin oleh Peutua Dolah terjadi peperangan dengan pasukan belanda sehingga menewaskan 16 Orang termasuk (Sersan Vollaers) pimpinannya dalam kejadia itu pasukan pejuang Aceh dapat merubut 17 pucuk senapan M.95.
Bukti peninggalan sejarah ini di duga cagar Budaya yang harus di jaga, di rawat dan dilestarikan, bukti inipun nyaris hilang karena di lokasi seliling tugu sudah dibangun beberapa kios pedagang kaki lima dan bangunan pertokoan dan sudah ditimbun sehingga bagian kaki sudah tidak kelihatan. Tinggal sedikit tulisan berbahasa Belanda di salah satu tugu yang berbunyi, “Hulde Aan de Gevellenen Budeu Klewang Aanval Te Simpang Olim Op” dan “Ter Herinnering Aede Gavallenen BJJ Meurandeh Paya”. Di area pemakam ini dikubur serdadu Belanda yang tewas dalam peperangan di dua titik penyerang-an yaitu Aceh Timur dan Aceh Utara, Aceh Timur pada tahun 1902 di Simpang Ulim dan Aceh Utara pada tahun 1905. di Meurandeh Paya, Baktiya Barat.
Masyarakat menghimbau bukti sejarah ini jangan dibiarkan rusak akibat pembangunan kios, toko dan timbunan hanya berharap Pemerintah Aceh melalui Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dapat turun ke lokasi, guna melihat langsung lapak kios pedagang kaki lima yang bertengger rapi di area makam. “Jangan sampai anak cucu kita hanya menganggap kisah perjuangan pahlawan Aceh hanya sebagai dongeng belaka dan sangat berharap makam itu dipugar agar tetap terjaga kelestariannya. (Nrd)