Studi Kelayakan Penyelamatan Benteng Gunung Biram (Andi Irfan Syam)

0
1580

Benteng Ini memiliki karakter ke-Aceh-an yang kuat

(06/05/2017) Aceh Besar. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Aceh telah selesai melaksanakan kegiatan Studi Kelayakan Penyelamatan Benteng Gunung Biram dari tanggal 17- 28 April 2017, di bawah kendali Unit Pengembangan BPCB Aceh.

Adapun komponen personilnya, yakni, Deni Sutrisna (Kepala BPCB Aceh/Penanggung Jawab), Toto Harryanto (Pengarah Kegiatan/Kepala Seksi PPP), Andi Irfan Syam (Ketua Tim/Kepala Unit Pengembangan), M.Nur (Staf Unit Pengembangan), Aidil Azhar (Staf Unit Pengembangan), Nurmalawati (Staf Unit Pengembangan), Salya Rusdi (Staf Unit Pengembangan), dan Ambo Asse Ajis (Staf Unit Pengembangan).

Dalam kegiatan ini, BPCB Aceh melibatkan Jurusan Geofisika Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Muhammad Yanis dan Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknis Unsyiah, Cut Intan Keumala serta Tenaga Ahli dari Program Studi Kebencanaan Unsyiah, Nazli Ismail dan Ibu Ella Meilanda

Letak lokasi Benteng Gunung Biram, berada di Jalan Medan-Banda Aceh, Gampong (Desa) Lamtemot, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.

Andi Irfan Syam, menjelaskan keterlibatan jurusan Geologi dan Geofisika dalam kegiatan ini adalah bagian dari tindakan penyelamatan dan pengembangan ke depan. Tujuan utamanya, untuk mengetahui anomali dan keberadaan data arkeologi di bawah permukaan tanah. Karenanya, kita memerlukan bantuan peralatan geologi dan geofisik. Diharapkan, data-data yang dihasilkan alat magnetometer dan graviti akan memberikan informasi kandungan apa saja yang terdapat dalam dan luar benteng.

Lebih lanjut, Andi Irfan Syam mengatakan “keberadaan benteng sangat presisi dengan Gunung Seulawah yang sangat melegenda itu. Ini bisa menjelaskan ada keterhubungan yang kuat antara keduanya. Selain itu, keletakan benteng juga ternyata berada di atas skep yang merupakan hasil aktivitas geologi pada masa lalu.

Data penting lainnya, beberapa warga sekitar menyebut situs ini bukan benteng tetapi masjid. Hal Ini bisa dijelaskan, pada tahun 1881, benteng ini digunakan sebagai mesjid atau tempat perkumpulan para pejuang Kesultanan Aceh yang  tersebar di sekitar lembah Seulawah. Disebutkan, warga mengangkat Tgk. Chik Di Tiro (Pahlawan Nasional Indonesia) di Benteng Gunung Biram sebagai panglima perlawanan terhadap Kolonial Belanda sejak itu dan melakukan perlawanan tanpa henti hingga beliau syahid di Aceh Besar.

Dalam kegiatan Studi Kelayakan Penyelamatan ini, Tim BPCB Aceh juga melibatkan tenaga lokal yang berasal dari warga sekitar Gampong (Desa) Lamtemot.

Sebelum kegiatan dilaksanakan, Tim BPCB terlebih dahulu bersosialisasi di Aparatur Gampong Lamtemot, Kecamatan Lembah Seulawah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kapolsek Lembah Seulawah serta Danramil Lembah Seulawah di Kabupaten Aceh Besar. Ambo Asse Ajis