Sejarah Singkat Teungku Syiah Kuala

0
5574

Teungku Syiah Kuala adalah seoran putra Aceh Singkil, Singkil adalah sebuah Kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Selatan tanggal 20 April tahun 1999. Kabupaten ini secara geografis berbasan dengan : Bagian Utara Kabupaten Pakpak Prov. Sumut, Aceh Tenggara, Kota Subulussalam. Bagian Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia, Bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah Prov. Sumut, bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan.

Teungku Syiah Kuala  dilahirkan di Singkil pada tahun 1615 Masehi atau tahun 1024 Hijriah dengan nama aslinya adalah Aminuddin Abdul Rauf bin Ali Al-Jawi Tsumal Fansuri As-Singkili. Menurut riwayat masyarakat keluarganya berasal dari Persia (Iran) yang datang dan menetap di Singkil Aceh pada akhir abad ke 13. Namun hal itu belum dapat dipastikan karena minimnya catatan sejarah keluarganya, serta tidak didukung nama keluarga yang mencirikan keturunan Arab ataupun Persia.

Menurut riwayat masyarakat, keluarganya diduga berasal dari Persia atau Arabia, yang datang dan menetap di Singkil, Aceh, pada akhir abad ke-13. Namun hal itu belum dapat dipastikan karena minimnya catatan sejarah keluarganya, serta tidak didukung nama keluarga yang mencirikan keturunan Arab ataupun Persia. Beberapa ahli berpendapat bahwa ia merupakan putra asli pribumi beretnis Minang Pesisir di Singkil yang yang telah menganut agama Islam pada masa itu. Pendapat lain mengatakan dari etnis Batak Singkil beregama Islam yang tidak diketahui lagi marganya. Pada masa mudanya, ia mula-mula belajar pada ayahnya sendiri. Ia kemudian juga belajar pada ulama-ulama di Fansur dan Banda Aceh. Selanjutnya, ia pergi menunaikan ibadah haji, dan dalam proses pelawatannya ia belajar pada berbagai ulama di Timur Tengah  untuk mendalami agama Islam dan pada masa itu beliau belajar dan berguru selama 19 tahun di Mesir, Mekkah, dan Madinah. ( pada buku sejarah “40 Tahun Unsyiah” )

Sekembalinya dari Timur Teungku Syiah Kuala mendirikan, mengelola, dan memimpin sebuah dayah (lembaga pendidikan setingkat perguruan tinggi). Banyak murid atau santri-santrinya yang belajar tengtang Hukum agama Islam. Pada masa itu pula banyak santri atau murid-muridnya yang bmenjadi ulama dan menguasai ilmu agama Islam.Pada masa itu menjabat Mufty Agung dan Kadhi Malikul Adil pada masa Pemerintahan Sultanah Tajul Alam Sri Ratu Safiatuddin hingga Sultanah Sri Ratu Keumalat Syiah.

Teungku Syiah Kuala sangat ahli dalam bidang Hukum dan pada masa itu ada juga ulama yang ahli bidang adat yaitu Pouteumerhom, ulama ini memilki keahliahnya masing-masing, hukum dan adat  di Aceh tidak dapat dipisahkan sehingga dalam masyarakat Aceh kebijakan yang dilakakukan tak luput dari dasar hukum, dan sering diucapkan pepatah. “Adat bak Poutoe Merehom, Hukum bak Syiah Kuala”, artinya kebijakan masalah Adat dan Hukum, di Aceh dasarnya ada pada Potoe Merehom dan  Syiah Kuala.

Teungku Syiah Kuala adala seorang ulama besar Aceh berkaliber internasional. Ulama adalah orang yang ahli dalam ilmu agama Islam sebagai pemuka agama atau pemimpin agama yang mampu dan bertugas untuk mengayomi, membina dan membimbing umat Islam baik dalam masalah-masalah agama maupu masalah sehari hari yang diperlukan baik dari sisi keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Makna sebenarnya dalam bahasa Arab adalah ilmuwan atau peneliti, kemudian arti ulama tersebut berubah ketika diserap kedalam Bahasa Indonesia, yang maknanya adalah sebagai orang yang ahli dalam ilmu agama Islam. (Wikipedia). harfiyah dapat disimpulkan bahwa ulama adalah:

  1. Orang Muslim yang menguasai ilmu agama Islam.
  2. Muslim yang memahami syariat Islam secara menyeluruh (kaaffah) sebagaimana terangkum dalam Al-Quran dan ”as-Sunnah”.
  3. Menjadi teladan umat Islam dalam memahami serta mengamalkannya.
  4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ulama adalah orang yang ahli dalam hal atau dalam pengetahuan agama Islam. Kata ulama berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari kata ‘aalim. ‘Aalim adalah isim fa’il dari kata dasar:’ilmu. Jadi ‘aalim adalah orang yang berilmu dan ‘ulama adalah orang-orang yang punya ilmu.

Teungku Syiah Kuala meninggal meninggal di Banda Aceh pada tahun 1693 Masehi, dikebumikan di dekat muara (kuala) Krueng Aceh. Makam Syiah Kuala terletak di Gampong. Deah Raya yang berdampingan dengan Gampong Alue Naga,  Kecamatan Syiah Kuala,  Kota Banda Aceh.  Makam ini berada di pinggir laut untuk mencapai lokasi dengan menempuh jarak sekitar ± 8 km dari pusat Kota Banda Aceh. Secara astronomis Banda Aceh terletak pada titik koordinat  05°16’15″–05°36’16” LUdan dan 95°16’15″–95°22’35” BT dengan ketinggian rata-rata 0,80 meter di atas permukaan laut. (Nrd)

Sumber : Internet wikipedia.org/wiki/Ulama tanggal 18 Maret 2021, Buku  : Sejarah Aceh, Website Kemdikbud thn 2019,