Profil Situs Kompleks Makam Teungku Dibitay Oleh: Ambo Asse Ajis Staf Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh

0
2173

Profil Situs Kompleks Makam Teungku Dibitay Oleh: Ambo Asse Ajis Staf Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh

Kompleks Makam Tengku Di Bitay merupakan kompleks pemakaman kuburan pasukan asal Turki dan keluarganya termasuk Teungku Di Bitay. Situs ini berada di Gampong (Desa) Di Bitay, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Secara astronomis, situs ini berada di koordinat 5°32’16.5″N 95°17’29.8″E dengan luas areal ± 3.245 m2.

                Pintu gerbang Situs Kompleks Makam Teungku Di Bitay
                   (Sumber Foto: TACB Kota Banda Aceh Tahun 2018)

Makam utama adalah makam Tengku Di Bitay berada di atas gundukan tanah dengan 8 (delapan) buah makam dengan tipologi nisan kuno. Makam Tengku Di Bitay  berada di sisi sebelah barat gundukan tanah, memiliki 2 buah nisan kuno dan badan makam berbahan keramik (baru). Nisan kuno ini berbentuk balok (heksagonal) menyerupai tugu dengan tinggi 60 cm, lebar kaki 40 cm, lebar badan 25 cm dan lebar atas 20 cm. Antara bagian kaki dan kepala hampir sama besarnya, hanya bagian kepala/puncak saja yang sedikit lebih kecil dari badan. Badan nisan ditulis kaligrafi dan bagian bawah diukir ornamen flora. Makam utama ini ditinggikan dengan memberikan badan makam dari marmer, ditaburi batu kerikil dan di bagian kepala diberi simbol bendera Turki.

Makam kedua, berada di sebelah timur makam kuno Tgk. Di Bitay memiliki sepasang nisan kuno bertipe gada. Makam ketiga, disebelahnya lagi makam kedua bertipe gada, makam keempat memiliki nisan heksagonal (sama dengan nisan Tgk. Di Bitay), makam kelima memiliki nisan tipe gada.

Selain nisan terdapat benteng berbentuk persegi empat, tebal dindingnya berdiameter 60 cm. Di dalam benteng tersebut terdapat juga tujuh buah makam. Benteng dipasang atap sehingga terlihat seperti bangunan cungkop. Padahal benteng ini sudah ada sebelumnya sebagai tempat pertahanan. Selain benteng, terdapat mesjid Baitul Muqaddis atau Dayah Tengku Di Bitay. Masjid ini dibangun setelah tsunami, karena semua bagian masjid rusak. Bentuk dinding masjid awalnya menyerupai dinding benteng.

Situs Kompleks Makam Teungku Di Bitay dalam kondisi terawat, terdapat fasilitas pelindungan berupa pagar situs, papan nama situs, papan larangan, meunasah, museum mini, dan juru pelihara.  

Nilai Penting Sejarah

Kompleks makam ini merupakan kompleks pekuburan para tentara Turki yang pernah dikirim oleh Kerajaan Otsmani pada tahun 1562 Masehi oleh Sultan Sulaiman Al-Qanuni di Istambul. Sultan Sulaiman mengirim bantuan kepada Aceh atas permintaan Sultan Alaiddin Al-Qahar dalam rangka mengalahkan pengaruh Portugis di Selat Malaka.

Bitay merupakan pilihan utama kampung Turki pada saat mendarat di Aceh. Prajurit yang dikirim dari Turki untuk membantu Aceh, tidak kembali lagi ke Turki. Nama kampung ini juga diambil dari salah seorang ulama dari Baitul Maqdis. Namun kemudian lama kelamaan berubah menjadi Bitay.

Kampung ini juga dipercaya sebagai kampung Zawiyah tersohor di Aceh dan juga sebagai pusat akademi militer di Aceh yang disebut dengan Bayt al-Askari Muqaddas. Selain tempat melatih prajurit-prajurit Aceh, tempat ini juga dijadikan sebagai tempat pembuatan peralatan militer termasuk rencong. Selain Bitay, prajurit Ustmani juga tersebar di beberapa kampung yaitu Kampung Pande, Emperum dan Dayah Baba Dawood.

Penetapan sebagai Cagar Budaya

Tim Ahli Cagar Budaya Kota Banda Aceh Tahun 2018 melihat peranan penting dari Teungku Di Bitay bersama pasukan Turki lainnya dalam membantu Kerajaan Aceh  memerangi kolonialisme Portugis di nusantara. Bagi rakyat Aceh dan Kota Banda Aceh secara khusus, mereka memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan kebudayaan.  Secara kesejarahan, Turki dan Kerajaan Aceh merupakan kekuatan Islam yang saling bahu membahu melawan imperialisme Portugis di Nusantara.

Secara ilmu pengetahun, pasukan  Turki yang dikirim ke Kerajaan Aceh turut melakukan transformasi ilmu pengetahuan di bidang kemiliteran, seperti teknologi dan pendidikan militer. Arti khusus bagi pendidikan, bahwa Tengku   Dibitay dan prajurit Turki lainnya melahirkan akademi militer Bayt al-Askari Muqaddas di kerajaan Aceh yang salah satunya melahirkan seorang Laksama Malahayati (Pahlawan Nasional).

Arti khusus bagi agama, Tengku Dibitay juga seorang muballigh yang mengajar warga sekitarnya dan   arti khusus kebudayaan, kehadiran pasukan Turki di kerajaan Aceh turut memberikan warna budaya dalam kehidupan masyarakat Kerajaan Aceh secara umum.

Dari berbagai penjelasan di atas,  dapat disimpulkan bahwa kompleks makam ini sangat layak dijadikan sebagai cagar budaya karena diutamakan di Kota banda Aceh dan juga memenuhi unsur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya khususnya pasal 5 yang menyebutbenda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih, memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan dan memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

Demikian juga isi Pasal 44 bahwa cagar budaya dapat ditetapkan menjadi Cagar Budaya peringkat kabupaten/kota apabila memenuhi syarat sebagai Cagar Budaya yang diutamakan untuk dilestarikan dalam wilayah kabupaten/kota mewakili masa gaya yang khas, tingkat keterancamannya tinggi dan jenisnya sedikit; dan/atau jumlahnya terbatas.

Karena itu, Tim Ahli Cagar Kota Banda Aceh Tahun 2018 merekomendasikan kepada Walikota Banda Aceh agar Situs Makam Teungku Dibitay ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya Peringkat Kota Banda Aceh.

Alhasil, Walikota Banda Aceh, Aminullah Usman merespon dan menetapkan cagar budaya ini dengan keputusan Walikota Banda Aceh Nomor 616/Tahun 2018 tentang Penetapan Situs Makam Teungku Chik Lamjabat, Situs Makam Tunggal I dan II, Situs Makam Saidil Mukammal, Situs Makam Teungku Di Bitay dan Tugu Peringatan Kematian Jenderal Jacobus Hebertus Pel dan Lokasi Bivak Kolonial Belanda sebagai Cagar Budaya peringkat Kota Banda Aceh.