Profil Situs Kompleks Makam Saidil Mukammal

0
1786

YgProfil Situs Kompleks Makam Saidil Mukammal Oleh: Ambo Asse Ajis Pramubakti Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh

Situs Kompleks Makam Makam Saidil Mukammal  berada di Gampong (Desa) Merduati, Kecamatan Kutaraja, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Secara astronomis, situs ini berada di koordinat 5°33’18.5″N 95°18’51.3″E dengan luas areal ± 736 m2. Batas-batas situs, antara lain: sebelah Utara berbatasan dengan pagar situs dan pertokoan, sebelah Selatan berbatasan dengan pagar situs dan tanah kosong, sebelah Barat berbatasan dengan pagar situs dan ruko, dan sebelah Timur berbatasan dengan pagar situs, jalan lorong situs dan pertokoan. Situs Kompleks Makam Saidil Mukammal dalam kondisi terawat, memiliki fasilitas pelindungan berupa pagar situs, papan nama situs, papan larangan, meunasah dan juru pelihara. (Sumber Foto: TACB Kota Banda Aceh Tahun 2018)

 Pintu Masuk Situs Kompleks Makam Saidil Mukammal  (Sumber: TACB Kota Banda Aceh Tahun 2018)

Lokasi Situs Kompleks Makam Saidil Mukammal atau Mukammal berada di areal inti kehidupan ekonomi bisnis di Kota Banda Aceh. Lokasinya terletak di belakang pertokoan Jalan Pantee Kuluu, Gampong Merduati, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh.

Asal usul penamaan Kompleks Makam Saidil Mukammal diketahui telah ada sebelum peristiwa Tsunami Tahun 2004 lalu. Sebelum kejadian tersebut, di kompleks ini terdapat nisan Saidil Mukammal, Sultanah Safiatuddin dan beberapa nisan kuno lainnya. Nisannya memiliki ciri khas tipe Aceh Darussalam. Akibat tsunami, , nisan-nisan kuno tersebut hilang dan belum ditemukan sampai sekarang.

Di lokasi Makam Saidil Mukammal saat ini, tersisa 5 (lima) buah makam yang semunya tidak insitu lagi. Adapun nisan ini tersebar akibat hempasan gelombang tsunami, lalu  dipasang/didirikan atas inisiatif juru pelihara di lokasi sekarang (areal situs) karena khawatir nisan-nisan rusak akibat tertimbun tanah dan rumput.

Namun demikian, juru pelihara memastikan bahwa nisan kuno yang masih ada itu merupakan nisan kuno asli yang memang sejak awal berasal dari lokasi ini. Berikut deskripsinya:

Makam 1, memiliki nisan kuno tipe pilar (dipercaya sebagai makam Saidil Mukammal), terbuat dari batu pasir (sand stone). Pada bagian kaki terdapat juga nisan kuno tipe gada dengan kondisi patah.

Makam 2, memiliki nisan kaki dan kepala terbuat dari batu granit dengan bentuk tipe bulat lonjong.

Makam 3, memiliki nisan kuno tipe pipih bersayap, terbuat dari batu pasir (sand stone). Kondisi sayap nisan telah patah dan bagian mahkotanya juga patah. Pada badan nisan terdapat panel berinskripsi dengan tulisan “La ilaaha ilallah, nisan ini nisan inangda/baginda/ananda, Syah ‘Alam Raja Iskandar Muda.”

Makam 4, memiliki nisan tipe pipih bersayap, terbuat dari batu pasir (sand stone). Sayap pada nisan telah patah, tetapi masih memilik puncak (kepala) nisan   berbentuk lampu kandil yang sudah aus. Pada bagian puncak terdapat kaligrafibertulis “La Ilaaha ilallah”. Demikian juga di bagian badan nisan terdapat panel yang berisikan kalimat tauhid “La Ilaaha ilallah”.

Makam 5, memiliki nisan kuno tipe balok (gada) yang bagian puncaknya telah patah. Nisan terbuat dari batu pasir (sand stone).

   Kondisi nisan-nisan kuno di Kompleks Makam Saidil Mukammal (Sumber:  TACB Kota Banda Aceh Tahun 2018)

Data Sejarah

Saidil Mukammal memiliki nama lengkap Sultan Alauddin Ri’ayat Syah Said Al-Mukammal Ibnu Sultan Firmansyah Ibnu Sultan Inayatsyah yang  menjadi Sultan Kerajaan Aceh Darussalam antara tahun 1588-1604 Masehi. Sultan ini adalah sultan ke- 10 pada urutan para sultan Kerajaan Aceh Darussalam.

Pada masa kekuasaan Saidil Mukammal, Kerajaan Aceh Darussalam mulai didatangi bangsa Eropa seperti Portugis, Belanda, Perancis, dan Inggris. Pada masa itu, pelabuhan utama Kerajaan Aceh ada empat, yaitu Pantai Cermin, Daya, Pidie, dan Pasai. Disebutkan pada masa Sultan Saidil Mukammal, Kerajaan Aceh sangat sibuk dengan perdagangan lada.

Menurut laporan John Davis, pada masa ini sudah banyak tauke-tauke Tionghoa menempati satu tempat khusus. Demikian juga saudagar-saudagar Portugis, Gujarat, Arab, Benggali dan India, sudah banyak berdiarn di situ. Laporan lain mengatakan bahwa telah banyak hadir pedagang-pedagang asing dari berbagai bangsa, seperti: Arab, Cina, Persia, Siam, Turki, Pegu, Benggala, Portugal, dan Spanyol.

Pada masa Al-Mukammal, perdagangan Aceh maju pesat. Beliau mendapat bintang kehormatan dari Sultan Turki Muhammad Khan yang mengirim banyak hadiah, salah satunya kuda Tizi yang sangat bagus. Disebutkan, militer laut Kerajaan Aceh berkekuatan memiliki 100 kapal perang dan  setiap kapal bisa ditempatkan 400 prajurit. Salah saorang Laksamana Angkatan Laut adalah wanita dan dialah yang diperkenalkan belakangan ini dengan nama Malahayati. Alat senjata yang dipergunakan dari pada tornbak, keris, pedang, panah dan sebagainya.

Penetapan sebagai Cagar Budaya

Tim Ahli Cagar Budaya Kota Banda Aceh Tahun 2018 melihat peranan sangat penting Sultan Saidil Mukammal dalam memperkuat kekuatan Kerajaan Aceh dengan meminta bantuan kepada Kesultanan Turki memerangi kolonialisme Portugis di nusantara. Bagi rakyat Aceh dan Kota Banda Aceh secara khusus, kedudukan Kompleks Makam Saidil Mukammal memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan kebudayaan.

Secara kesejarahan, kompleks Makam ini berada di lokasi inti Kerajaan Aceh yang menandakan bahwa keletakannya bagian tidak terpisahkan dari Ibukota Aceh Darussalam.

Secara ilmu pengetahun, Sultan Saidil Mukammal merupakan Sultan Aceh yang mendorong transformasi teknologi militer Kerajaan Aceh melalui bantuan teknisi militer dari pasukan  Turki yang dikirim ke Kerajaan Aceh. Melalui kerjasama ini, proses transformasi ilmu pengetahuan di bidang kemiliteran, seperti teknologi dan pendidikan militer berjalan dengan baik.

Arti khusus bagi pendidikan, bahwa Sultan Saidil Mukammal  melalui keahlian militer Turki menginisiasi kehadiran akademi militer Bayt al-Askari Muqaddas di Kerajaan Aceh yang salah satunya melahirkan seorang Laksama Malahayati (Pahlawan Nasional).  Dilembaga formal Kerajaan Aceh ini, prajurit dan seluruh kekuatan militer ditempa dengan sangat keras dan penuh semangat.

Arti khusus bagi agama, Sultan Saidil Mukammal banyak mengundang alim ulama mengajarkan ilmu-ilmu Islam dan mendorong kehidupan para muballigh Aceh melakukan syiar dakwah Islamiyah.

Dari berbagai penjelasan di atas,  dapat disimpulkan bahwa Situs Kompleks Makam ini sangat layak dijadikan sebagai cagar budaya karena kedudukannya sangat diutamakan di Kota Banda Aceh. Selain itu, juga memenuhi unsur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya khususnya pasal 5 yang menyebutbenda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih, memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan dan memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

Demikian juga isi Pasal 44 bahwa cagar budaya dapat ditetapkan menjadi Cagar Budaya peringkat kabupaten/kota apabila memenuhi syarat sebagai Cagar Budaya yang diutamakan untuk dilestarikan dalam wilayah kabupaten/kota mewakili masa gaya yang khas, tingkat keterancamannya tinggi dan jenisnya sedikit; dan/atau jumlahnya terbatas.

Karena itu, Tim Ahli Cagar Kota Banda Aceh Tahun 2018 merekomendasikan kepada Walikota Banda Aceh agar Situs Makam Teungku Dibitay ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya Peringkat Kota Banda Aceh.

Alhasil, Walikota Banda Aceh, Aminullah Usman merespon dan menetapkan cagar budaya ini dengan keputusan Walikota Banda Aceh Nomor 616/Tahun 2018 tentang Penetapan Situs Makam Teungku Chik Lamjabat, Situs Makam Tunggal I dan II, Situs Makam Saidil Mukammal, Situs Makam Teungku Di Bitay dan Tugu Peringatan Kematian Jenderal Jacobus Hebertus Pel dan Lokasi Bivak Kolonial Belanda sebagai Cagar Budaya peringkat Kota Banda Aceh.