Mesjid Teungku Di Kila berada di Nagan Raya memiliki Nilai Penting

0
2618

Mesjid Teungku Di Kila berada di Nagan Raya memiliki Nilai Penting

BPCB Aceh, 12/9/2018. Kompleks Mesjid Teungku Chik Di Kila berada di Gampong Kila Kecamatan Seunagan Timur, Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh. Secara astronomis, Mesjid Teungku Di Kila terletak di koordinat 4º17’22.8”N dan 96º21’08.0”E dengan batas-batas:

  • Sebelah Barat berbatasan dengan pagar situs, lereng, semak belukar;
  • Sebelah Timur berbatasan dengan pagar situs, lereng, pemakaman dan jalan setapak desa;
  • Sebelah Selatan berbatasan dengan pagar situs, pintu dan tangga pintu masuk, lereng, dan pemakaman; dan,
  • Sebelah Utara berbatasan dengan pagar situs, lereng dan pemakaman.

Pada saat ini, terdapat fasilitas di Kompleks Mesjid Teungku Chik Di Kila, antara lain: juru pelihara satu orang, papan nama situs dan papan larangan, pagar situs dan tangga menuju situs. Pada saat kegiatan dilakukan, kondisi Kompleks Mesjid Teungku Chik Di Kila terkesan kurang pemeliharaan oleh juru pelihara, terlihat lingkungan Kompleks Mesjid Teungku Chik Di Kila mesjid yang gelap oleh pepohonan padat sekitarnya, lumut hidup merata di sekitar mesjid dan pondasi lantai mesjid, rayap merusak kayu tiang, dinding tiang dan bantalan atap serta debu pada kayu cukup tebal dan sebagainya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan juru pelihara Kompleks Mesjid Teungku Chik Di Kila, Teungku Yahya Narundana (50), diketahui telah pernah diadakan kegiatan fisik pada bangunan mesjid. Berikut kegiatan yang pernah dilakukan:

  • Tahun 1970, secara swadaya masyarakat Gampong Kila membangun pondasi mesjid;
  • Tahun 1980, secara swadaya masyarakat Gampong Kila membangun tangga mesjid dan cungkup makam;
  • Tahun 2002 (setelah pemekaran menjadi Kabupaten nagan Raya), secara swadaya masyarakat Gampong Kila mengganti lantai mesjid dan dinding dalam dari semen kasar menjadi keramik;
  • Antara tahun 2007-2008, BPCB Aceh membuat kegiatan mendirikan pagar mesjid, mengganti atap mesjid dari atap rumbia menjadi atap seng, mengganti dinding kayu yang telah lapuk dan dilakukan pengecetan pada dinding semen dan dinding kayu bagian luar, termasuk tiang, serta pintu masuk.

Sumber Sejarah Mesjid Teungku Di Kila

Sumber pertama diperoleh dari buku berjudul Mesjid Bersejarah Di nanggroe Aceh Jilid II yang diterbitkan Oleh: Bidang Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid (Penamas) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh 2010 menyebut sejarah asal usul Mesjid Teungku Chik Di Kila. Dikatakan dalam buku tersebut bahwa mesjid ini dibangun oleh seorang ulama besar yang telah mengabdikan hidupnya demi dakwah Islam untuk masyarakat Seunagan Timur. Di masa penjajahan Belanda, Teungku Syik Di Kila dikenal sebagai salah seorang ulama besar yang gigih berjihad melawan Pemerintah Kolonial Belanda. Masyarakat mengenang beliau sebagai tokoh ulama pejuang kemerdekaan. Ketokohan beliau terus dikenang masyarakat. Apalagi salah seorang cucunya juga telah memberi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat, yaitu Dr. Abdul Gafur yang sempat menjabat Menteri Pemuda dan Olahraga pada masa Pemerintahan Orde Baru. Terakhir Abdul Gafur pernah datang berkunjung ke Kila sebanyak dua kali, yaitu tanun 1990 dan 1992. Selain sebagai pusat pendidikan agama, Masjid Teungku Chik Di Kila juga pernah menjadi pusat konsolidasi perjuangan melawan Pemerintah Kolonial Belanda. Pada masa pemberontakan DI/TII, masjid ini juga pernah dijadikan pusat pertahanan DI/TII oleh Tgk. H. Zakaria Yunus (pimpinan DI/TII Aceh Barat Raya) di masa Abu Beureu’eh.[1]

Sumber kedua berasal dari hasil wawancara dengan Teungku M. Kasim bin Ali[2], salah seorang narasumber yang diwawancarai adalah tokoh masyarakat yang turut membantu memelihara Mesjid Teungku Chik Di Kila. Menurut beliau, pada saat pendirian Mesjid Teungku Chik Di Kila, juga didirikan mesjid lainnya dan menjadi mesjid tertua di Kabupaten Nagan Raya, yaitu Mesjid Kulu di Kulu, Mesjid Ram’an di Lhok Ram’an dan Mesjid Teungku Chik Di Kila. Disebutkan oleh beliau bahwa pembangunan mesjid ini bersamaan pendirian pemukiman Gampong Di Kila itu sendiri. Disebutkan dalam tradisi lisan bahwa Teungku Chik Di Kila (dikenal juga dengan nama Tengku Hasan atau Teungku Hasanuddin) datang ke lokasi ini dengan membawa pengikutnya sekitar 10.000 orang. Dikatakan dasar memilih menetap di tempat ini tidak lain karena kondisi alam yang mendukung mereka hidup sangat memadai sehingga mereka pun membentuk pemukiman dan keturunannya masih ada sampai hari ini.

Dalam tradisi lokal dikatakan Teungku Chik Di Kila datang dari Yaman, mulanya berkelana ke tanah Jawa, kemudian ke Padang (Padang Pariaman, Sumatera Barat), lalu ke Blang Pidie (Aceh Barat Daya), dan terakhir ke lokasi gampong ini seklaigus mendirikan Gampong Kila dan mendirikan Mesjid Kuno yang digelari Mesjid Teungku Chik Di Kila. Narasumber ini mengatakan bahwa pada masa yang sama, datang seorang habib bersama pengikutnya yang dalam bahasa tradisi lokal digelari sebutan Keutubul Wujud, ikut turut bermukim di dekat Mesjid Teungku Chik Di Kila di sisi sebelah Barat yang saat ini menjadi lahan persawahan dan peternakan Gampong Kila. Keduanya, bahu membahu membangun gampong dan menjadi pendakwah bagi penduduknya dan masyarakat sekitar Gampong Kila  ketika itu.

Sumber ketiga berasal dari wawancara dengan Teungku Ibnu Affan bin Teungku Mukadih, seorang tokoh agama dan tokoh adat di Gampong Kila yang mengatakan bahwa Teungku Chik Di Kila atau Teungku Hasan memiliki hubungan dengan Teungku Di Anjong atau Sayed Abu Bakar, seorang ulama yang makamnya  ada di Gampong Keudah, Kota Banda Aceh. Sebelum Teungku Chik Di Kila membangun Gampong Kila, dikatakan bahwa beliau terlebih dahulu tinggal di satu wilayah bernama Guham, Kuta Tinggi, Blang Pidie (Kabupaten Aceh Barat Daya). Pada masa beliau menjadi Chik di Gampong  Kila, penduduknya hidup dengan makmur, tinggal di atas rumah tradisional Aceh dan setiap harinya mendapatkan bimbingan agama dari Teungku Chik Di Kila dan Habib. Ambo

Mesjid Teungku Di Kila di puncak bukit