Masjid Raya Sultan Basyaruddin Kecamatan Pantai Labu Deliserdang

0
4737

mbasyardinMasjid ini  berada di Desa Rantau Panjang,Kec. Pantai Labu Kab. Deliserdang. Bangunan ini didirikan dengan perpaduan antara gaya arsitektur Eropa dan lokal (Indonesia). Konstruksi dindingnya berupa bata dan beton yang bergaya masif khas Eropa, sedangkan atapnya terbuat dari seng bergaya tumpang tiga, yang merupakan gaya khas dari masjid-masjid tradisional di Indonesia. Bangunan ini berdenah persegi panjang dan memiliki serambi keliling selebar 3 meter di setiap sisinya, serta ditopang oleh 36 buah tiang berbentuk bulat. Sebagian merupakan tiang semu yang bersatu dengan dinding, serta 4 buah tiang yang berada di bagian dalam berfungsi sebagai sokoguru dan berbentuk segienam. Sedangkan di sekeliling serambi dibatasi oleh tembok rendah yang juga berfungsi sebagai pagar. Di setiap sisi serambi terdapat pintu keluar yang dilengkapi dengan anak tangga serta  pembatas tangga yang terbuat dari semen berbentuk melengkung. Pintu tersebut dilengkapi dengan penutup dari besi. Bagian depan bangunan ini menghadap ke arah timur, yang saat ini posisinya membelakangi jalan aspal Rantau Panjang. Pada dinding sisi barat (bagian belakang) bangunan ini terdapat bagian yang menjorok ke luar dengan denah berbentuk busur, yang merupakan mihrab. Dan di dinding luar tonjolan mihrab tersebut terdapat pertulisan yang berbunyi :

 

Sultan Basyaruddin

Pada tahun 1854 M, Tuanku Basyaruddin Syaiful Alamsyah (Sultan Serdang ke IV/Wazir Sultan Aceh) pindah dari istana Kampung Besar dan mendirikan istana Darul Arif di Rantau Panjang serta mendirikan mesjid raya ini. Ketika Belanda menyerang Kerajaan Serdang 1-6 Oktober 1865 mesjid raya ini menjadi markas perlawanan Serdang. Pernah menjadi wakil nazir berturut-turut: Datuk Samah, Haji Karimuddin, kemudian Haji Adlan Syam. Kenaziran mesjid ini dipegang oleh Dewan Nazir Wakaf Sultan Serdang.

 sasame2Saat ini lantai masjid telah dilapisi dengan keramik berwarna putih. Pada setiap pintu dan jendela, di bagian atasnya dilengkapi dengan lubang angin berbentuk busur dan berornamen bunga bergaya Melayu. Di depan mihrab (di ruangan shalat) terdapat sebuah mimbar kayu berukir yang berdiri di atas dudukan semen yang berlapis keramik putih. Dan bagian plafon di dalam ruangan masjid telah mengalami banyak kerusakan. Ruangan tertutup di sudutbaratdaya merupakan perluasan, dan saat ini ruangan tersebut berfungsi sebagai tempat rapat dan penyimpanan keperluan untuk pengajian. Secara keseluruhan masjid ini dicat dengan warna kombinasi antara kuning muda dan hijau muda di bagian luar, sedangkan ruangan dalam didominasi oleh warna putih. Halaman belakang masjid digunakan sebagai lokasi pemakaman. Dan dilihat dari bahan yang digunakan untuk membangun makam-makam tersebut, tampaknya terdapat cukup banyak makam yang berumur cukup tua, salah satunya adalah makam nazir masjid yang pertama, yaitu Datuk Samah.

rrrrddd

 

Masjid ini telah beberapa kali mengalami renovasi. Renovasi terakhir dilakukan pada tahun 2010-2011, yaitu melapisi lantai yang semula berupa lantai semen dengan keramik berwarna putih. Pendirian masjid ini terkait erat dengan perpindahan istana Kesultanan Serdang oleh Sultan Serdang ke IV yaitu Tuanku Basyaruddin Syaiful Alamsyah dari Kampung Besar ke Rantau Panjang. Istana baru tersebut diberi nama Darul Arif, dan bangunan masjid ini menjadi bagiannya sehingga jarak antara istana dengan masjid tidaklah terlalu jauh, ± 500 meter di sebelah barat masjid, yang artinya berada bangunan istana berada di belakang bangunan masjid. Dahulu jalan berada di sebelah timur bangunan masjid namun saat ini telah dipindahkan ke bagian barat masjid. Sehingga saat ini jalan tersebut memisahkan antara lokasi masjid dengan lokasi bekas istana yang jejak-jejaknya tak ditemukan lagi.

Masjid ini memiliki sejarah yang panjang, antara lain berkaitan dengan penyerangan Belanda ke Kesultanan Serdang. Saat penyerangan Belanda tanggal 1-6 Oktober 1865, masjid ini digunakan sebagai markas perlawanan dari pihak Kesultanan Serdang.