Konservasi Makam Meurah II di desa Ulee Lueng Kecamatan Darul Imarah kabupaten Aceh Besar

0
2151

Konservasi Makam Meurah II di desa Ulee Lueng Kecamatan Darul Imarah kabupaten Aceh Besar

BPCB Aceh:2018. Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh melaksanakan Kegiatan Konservasi Pada Makam Meurah II di desa Ulee Lueng Kecamatan Darul Imarah kabupaten Aceh Besar Konservasi adalah upaya pelestarian dan perlindungan cagar budaya baik benda bergerak maupun tidak bergerak yang mengalami ancaman kerusakan, pelapukan, salah satunya akibat dimakan usia. Upaya pelestarian, pemeliharaan benda cagar budaya merupakan manifestasi yang dilakukan Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh, dalam melaksanakan tupoksinya. Pemeliharaan situs/ bangunan cagar budaya unuk menjaga kondisi serta keterawatannya.

Kita ketahui bahwa semua benda yang ada tidak terlepas dari proses degradasi, proses inilah yang menyebab benda-benda tersebut, baik yang terbuat dari bahan organik maupun non organik mengalami pelapukan dan kerusakan. Maka keberadaan benda cagar budaya perlu dijaga supaya tetap bertahan dan terhindar dari berbagai macam ancaman yang dapat mempercepat proses pelapukan, salah satu usaha pelestarian cagar budaya adalah dengan melakukan pemeliharaan melalui tindakan konservasi secara tradisional dan modern.

Konservasi pada dasarnya adalah kegiatan yang bersifat teknis dan arkeologis, konservasi ini dilakukan untuk menghambat atau mengurangi penaruh kerusakan lebih lanjut sehingga dapat memperpanjang keberadaannya. Kegiatan konservasi dilakukan secara mekanis baik mekanis kering maupun basah dan dilaksanakan oleh tenaga teknis yang memiliki kompetensi di bidang pelestarian cagar budaya.

Dalam hal ini kegiatan konservasi tradisinal, maupun penyambungan batu nisan yang p   atah dengan mengunakan angkur besi serta lem perekat batu (sikadur) pada makam meurah II memiliki nilai historis dan arkeologis dan merupakan salah satu makam yang paling banyak dan besar-besar nisannya. Makam-makam tersebut dalam perjalanan waktu banyak mengalami berbagai proses degradasi yang disebabkan oleh faktor intern bahan itu sendiri. Proses degradasi ini dalam perjalanan waktu mempengaruhi nilai historis dan arkeologis yang terkandung didalamnya, untuk itu perlu dilakukan tindakan konservasi lebih awal agar dapat dipertahankan keberadaannya untuk diwariskan kepada generasi mendatang.

Tujuan Konservasi yang dilaksanakan pada kompleks Makam Meurah II  adalah:

  1. Mempertahankan bentuk dan keaslian situs baik secara estetis, struktural, maupun arkeologis dengan cara melakukan pembersihan secara tradisional, yaitu pembersihan mekanis kering dan basah.
  2. Menanggulangi kerusakan dan pelapukan pada batu nisan serta mengurangi sekecil mungkin pengaruh penyebab kerusakan dan pelapukan yang ditimbulkan oleh aktifitas pertumbuhan jasad renik dan mikroorganisme yang menempel dan melekat.
  3. Agar warisan budaya yang dilestarikan dapat bertahan dalam waktu yang relatif lama sehingga dapat diteruskan kepada generasi mendatang.

   Data Historis

Dalam komplek Makam Meurah II berada di Desa Ulee Lueng Kecamatan Darul Imarah kabupaten Aceh Besar. Kompleks makam ini merupakan salah satu dari tiga (3) komplek makam yang sudah terkenal luas sebagai Makam Meurah, dan merupakan kompleks makam yang paling banyak makamnya mencapai 42 pasang nisan-nisan, juga bagus serta dipenuhi dengan tulisan kaligrafi. Dalam tradisi kerajaan Aceh Meurah adalah gelar untuk seorang raja kecil yang diangkat oleh Sultan untuk memegang kekuasaan disuatu wilayah sebelum terbentuk Kerajaan Aceh Darussalam, yaitu pada masa kerajaan Darussalam atau Lamuri.

Nisan-nisan Makam Meurah II ini terdapat kaligrafi arab yang tertera pada badan nisan didalam tiap bingkai. Kaligrafi itu umumnya berbunyi kalimat tauhid dan beberapa puisi sufi serta ayat-ayat Al-Qul ‘an, di samping itu ada juga terdapat tulisan yang menyebutkan identitas yang dimakamkan antara lain yang dapat dibaca yaitu pada nisan makam nomor 27 dari arah timur, pada nisan kaki dengan bentuk nisan pipih bersayap berbunyi “Hazal Qabru Assaidah binti saad” (ini kubur saidahbinti saad).

Berdasarkan data-data tersebut diperkirakan bahwa situs Meurah II merupakan Komplek makam raja-raja dan para bangsawan yang memerintah pada abad pertengahan ke 16 M.

Data Arkeologis

       Kompleks Makam Meurah II terdapat 42 buah makam yang tidak memiliki jirat dan berjajar dari arah barat ke timur, makam-makam di ini dikelompokkan dalam 4 tipe nisan, yaitu :

  • Nisan tipe gada segi delapan, nisan dengan tipe gada segi delapan hanya berjumlah satu dan berukuran kecil, hiasan yang ada berupa selur-seluran.
  • Nisan tipe pipih bersayap, nisan tipe ini pada bagian kaki berpenampang bujursangkar dengan hiasan sudut, pola hias yang ada pada umumnya berupa selur-seluran, mendalion di kiri dan kanan sayap, hiasan geometris digaris luar nisan, kuncup teratai dan panel serta bingkai berisi tulisan kaligrafi arab, nisan tipe ini berjumlah 17 makam.
  • Nisan tipe balok tanpa sayap, nisan tipe ini berukuran besar, berbentuk balok dengan bgian kepala berbentuk atap bertingkat seperti bentuk atap bertingkat seperti bentuk atap pura. Hiasan yang terdapat pada tipe ini umunya berupa sulur-suluran, pada pola hias giometris digaris luar nisan, kuncup teratai, dan panel berisi kaligrafi arab, nisan tipe ini berjumlah 7 makam.
  • Nisan tipe balok bersimbar, nisan tipe ini berukuran besar, berbentuk balok dengan bagian bahu bersimbar di keempat sudutnya. Bagian kepala nisan berupa atap bertingkat, pola hias pada tipe ini berupa sulur-suluran, giometris, kuncup teratai, dan panel-panel serta bingkai yang bertuliskan kaligrafi arab berjumlah 10 makam dan ada 7 buah makam yang telah rusak tidak di kenali lagi bentuknya.

Identifikasi dan Analisis

Berdasarkan hasil identifikasi jenis dan sifat bahan diperoleh kesimpulan bahan baku pembuatan batu nisan makam terdiri dari batu andesit. Permasalahn yang dihadapi pada komplek makam Meurah II yang berkaitan dengan batu nisan makam yang sudah banyak patah-patah, untuk penyambungan kembali batu nisan tersebut perlu dilakukan pengeboran dan memasukkan angkur bisi serta mengelem dengan mengunakan lem sikadur. Berkaitan dengan proses degradasi adalah faktor ektern dan intern makam itu sendiri yaitu :

  • Proses pelapukan yang disebabkan oleh pertumbuhan jamur dan lumut kerak (lichen), alge, dan mikro organisme lainnya.
  • Proses pelapukan secara fisik yang disebabkan oleh faktor iklim berupa adanya retakan-retakan dan patah pada batu nisan.

Dari hasil identifikasi dan analisis diharuskan untuk melakukan pembersihan secara mekanis kering maupun basah untuk menghilangkan debu/ kotoran yang melekat dan menempel pada batu nisan serta membersihkan jasad renik secara tradisional

Kendala dilapangan

Kendala yang dihadapi pada pelaksanaan konservasi Kompleks Makam Meurah II adalah

  1. tidak bisa dilakukannya upaya pengembalian batu nisan pada makam ke 4 yang sudah miring ke posisi semula, di sebabkan akar kayu yang semakin membesar juga  dikarenakan bagian dasar atau pondasi nisan sudah di cor oleh semen   sehingga tidak bisa dipindahkan, digeser, maupun diangkat. Kendala penyambungan batu nisan 2 dan 3 tidak bisa dilakukan karena pasangan batu tersebut sudah tidak ada lagi.
  2. Di dalam Komplek Makam Meurah II ada pohon yang sangat besar yang ketinggiannya sekitar ± 30 meter berdiameter 425 cm. Untuk pelestarian cagar budaya layaknya pohon ini ditebang dan tim BPCB Aceh telah siap dengan perencanaan penebangan pohon tersebut namun masyarakat setempat melarang keras dan menurut kepercayaan mareka jika pohon ini ditebang maka akan terjadi bencana di desanya sehingga tim konservasi Meurah II tidak melaksanakannya.

Saran-saran

Satu hal terpenting dari kegiatan ini adalah berupa pemeliharaan lanjutan pasca konservasi berupa pengamatan dan perekaman data berkala untuk itu tim menyarankan hal-hal sebagai berikut :

  • Melakukan suatu kegiatan yang berkesinambungan berupa pemantauan dan evaluasi pasca konservasi
  • Mengadakan pembuatan cungkup untuk menghindari kerusakan batu nisan dari sinar matahari dan hujan yang mengakibatkan terjadinya kerusakan dan pelapukan batu itu sendiri
  • Setiap melaksanakan kegiatan pelestarian atau kegiatan konservasi harus memperhatikan keterlibatan masyarakat sekitar situs, karena sangat besar pengaruhnya bagi kesinambungan kelestarian cagar budaya dan masyarakat juga mendapatkan manfaat positif dari keberadaan situs tersebut.
  •  Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh segera upayakan pemotongan kayu besar, dan perbaikan jalan setapak di dalam kompleks situs tersebut.

 

Gambar 1,2. Melakukan pembersihan kering dan basah

Gambar 3.4.  menegakkan batu nisan  dan  pengeboran