
Konservasi di Kompleks Makam Sultan Ibrahim Syah di Barus, BPCB Aceh menangani 16 makam kuno dan 33 objek lepas lainnya (III)
Barus, 29 September 2019. Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh melaksanakan Kegiatan Konservasi di Kompleks Makam Sultan Ibrahim Syah, Desa Bukit Hasang, Kecamatan Barus dan Kompleks Raja-Raja Sorkam di Desa Sorkam Kanan, Kecamatan Sorkam Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Pelaksanaannya di mulai dari tanggal 25 September sampai 6 Oktober 2019, di pimpin oleh Hamdillah (Ketua), Darwis (anggota), Joni Zulfikar (anggota) dan Ambo Asse Ajis (anggota).
Gambar 1. Salah satu nisan kuno di Kompleks Makam Sultan Ibrahim Syah yang dipenuhi lumut
Keterancaman Kompleks Makam Sultan Ibrahim Syah
Keterancaman Situs Kompleks Makam Sultan Ibrahim Syah terbilang cukup tinggi yang disebabkan faktor biotik seperti suhu, panas matahari dan hujan yang terjadi sepanjang tahun. Iklim yang basah menyebabkan tumbuhan mikroorganisme seperti lumut dan jamur batu sangat aktif tumbuh di batu nisan dan badan makam.
Kondisi ini juga adalah keterancaman di masa depan yang perlu diantisipasi agar bobot nilai penting situs tetap tinggi, antara lain:
- Perlunya pembuatan cungkup/naungan di situs untuk mengendalikan dampak mikroorganisme; dan,
- Juru pelihara perlu dibekali dengan leaflet yang berisi informasi sejarah dan kandungan data arkeologis situs ini.
Nilai Penting situs
Nilai penting situs Kompleks Makam Sultan Ibrahim Syah sangat tinggi sehingga layak masuk dalam sidang Tim Ahli Cagar Budaya Nasional. Nilai penting tersebut terlihat dari hal-hal sebagai berikut.
- Nilai estetika pada nisan dan badan makam, seperti: (1) bentuk nisan dan badan makam, (2) konteks lingkungan pembentuk situs yang berada di atas bukit dan diberi gundukan, (3) tekstur warna batuan dan susunan material (formasi) yang dipilih dari jenis batu andesit dan batu pasir, (4) ada nilai estetik situs dilihat dari sudut keindahan yang ideal, dimana berpadu dengan bentuk morfologi lahan situs yang berundak yang melambangkan desain utama dari suatu gaya pemakaman kuno. Dalam hal ini, Kompleks Makam Sultan Ibrahim Syah menunjukan estetika arsitektur pemakaman kuno yang dipadukan dengan keletakan serta sejarah tokohnya.
- Nilai arsitektur Kompleks Makam Sultan Ibrahim Syah bisa dilihat dari gaya dan desain teknologi yang menunjukkan adanya inovasi pembuatan Kompleks Makam Sultan Ibrahim Syah . Dalam hal ini makam kuno ini terhubung dengan lingkungan tempat tinggal, yaitu terkoneksi dengan situs-situs makam lainnya yang disebut makam 44.
- Nilai sejarah dapat dinilai berdasarkan keterkaitannya dengan tokoh yang telah diakui, maupun berkaitan dengan kejadian atau kegiatan yang bersejarah. Dalam hal ini, Kompleks Makam Sultan Ibrahim Syah atau Tuan Batu Badan disebut berkaitan dengan tokoh pendiri Kesultanan Barus era abad ke-14 Masehi. Demikian juga salah seorang yang dimakamkan di sini bernama an-Nisa’ Tuhar Ummi Suri (Tuhar Amisuri) meninggal dunia pada tanggal 14 Safar 602 H atau 6 Okt 1205 M.
- Nilai penting bagi ilmu pengetahuan Kompleks Makam Sultan Ibrahim Syah menunjukan perpaduan penempatannya serta penggunaan bahan-bahan lokal (batu pasir dan andesit) serta seni ukir batu yang terlihat menunjukan budaya yang pernah hidup di barus pada masa lampau.
- Nilai penting sosial Kompleks Makam Sultan Ibrahim Syah adalah tokoh ini dianggap sebagai pendiri Kesultanan Barus yang menjadi bagian dari kegiatan kepercayaan masyarakat. Dalam hal ini, Kompleks Makam Sultan Ibrahim Syah berfungsi sebagai sarana perekat atau pemersatu penduduk Barus secara umum. Ambo
Gambar 2. Makam no.12. Nisan kepala perempuan berbentuk vas bunga tertulis “an-Nisa’Tuhar Ummi Suri (Tuhar Amisuri)” wafat pada tanggal 14 Safar 602 H atau 6 Oktober 1205 M.