Ditemukan objek di duga benda cagar budaya berbentuk Kepala Budha, oleh staf Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh

0
2350

Ditemukan objek di duga benda cagar budaya berbentuk Kepala Budha, oleh staf Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh

Aceh Besar, 21/10/2019. Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh meninjau langsung temuan lapangan benda berbentuk patung kepala Budha yang ditemukan staf Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh tanggal 18 Oktober 2019 lalu, di tanah parkir Taman Ratu Safiatuddin, Lamprit, Kota Banda Aceh.

Patung kepala Budha yang di duga benda cagar budaya ini ditemukan Saifullah pukul 14.30 WIB, tanggal 17 Oktober 2019, sehari setelah dilakukan pengeboran di lokasi yang sama tanggal 16 Oktober 2019. Menurut penuturan beliau, benda berbentuk kepala budha ini berada di antara bauran tanah hasil bor yang mengandung lumpur, pasir dan kerikil. Jarak antara lubang bor dengan buangan hasil pengeboran sekitar 2 meter “ditempat ini saya menemukan batu yang ternyata kepala budha” sambil beliau memperlihat foto lokasinya.

Gambar 2
 Kondasi lokasi penemuan kepala Budha yang di duga benda cagar budaya

Tim BPCB Aceh (Andi Irfan Syam dan Ambo Asse Ajis) melakukan wawancara dan mendeskripsi objek di duga cagar budaya ini di kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh di ruangan Yudi,  Kasi Cagar Budaya dan Permuseuman, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Provinsi Aceh.

Kepala Budha ini memiliki berat + 364,45 gram (waktu ditemukan, 17/10/2019) dan saat ditimbang ulang hari ini (21/10/2019) beratnya berubah menjadi 363,62 gram. Bahan di duga dari batu pasiran (sand stone) dengan warna abu-abu serta kondisi baik. Berdasarkan identifikasi awal, komponen yang dapat dikenali berupa: terdapat tonjolan di puncak kepala (ushnisa), terdapat tanda seperti “tahi lalat” di tengah dahi (urna), leher bergaris 3, daun telinga lebar dan panjang, rambut keriting (mengikal) ke kanan (pradaksinawartakesa), dengan sikap/gestur muka bermeditasi. Di bagian bawah ada bentukan untuk dudukan patung, terlihat ada guratan garis lurus, juga ada warna noda hitam melebar dan terlihat ada sisa arang menempel. Kesimpulan sementara ODCB ini memenuhi unsur ikonografi dalam hal ciri-ciri arca kepala budha, namun perlu kajian lebih lanjut terkait unsur
bahan/material dan konteks temuannya. ODCB ini perlu segera didaftarkan dalam sistem registrasi cagar budaya nasional sebagai langkah awal dalam konteks pelindungannya.

Konteks temuan

Konteks temuan Lokasi pengeboran sekaligus tempat penemuan kepala Budha berada sekitar 20 meter dari alur mati (kanal pasang surut) yang berakhir di jembatan Lampriet, Jalan Teuku Nyak Arif. Kanal pasang surut ini bermuara di Krueng Cut, salah satu sungai tua di Kota Banda Aceh. Pada saat ini, lokasi penemuan merupakan tanah timbun (urugan) yang berada di lahan pembangunan proyek Kantor   Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh. Menurut riwayat lahan, awalnya tanah lokasi dan sekitarnya merupakan alur (sungai) dan rawa bakau. Sebelum tsunami (2004) telah ada warga yang membuat tambak (neuhen). Saat terjadi tsunami, banyak material gulungan tsunami terdeposit di areal ini. Kemudian oleh pemiliknya dibersihkan dan dijadikan tambak kembali. Setelah tanah ini dibeli pemerintah Provinsi Aceh, pada tahun 2018 lalu areal ini ditimbun untuk keperluan pembangunan kantor dengan ketebalan 5 meter. Antara tanah asli dengan tanah timbun diberi pelapis disebut biotak.

Data lain yang dihasilkan dari hasil wawancara dengan Dedi Satria (Arkeolog Independen) yang pernah  melakukan survei permukaan di sekitar kanal air pasang surut jembatan Lamprit dan bagian utara kantor Gubernur Aceh sekitar tahun 2002-2003, beliau mengatakan menemukan sebaran fragmen keramik Dinasti Song dan  Dinasti Ming.

Sebagai perbandingan, tahun 1930 lalu, arca kepala Budha Awalokiteswara ditemukan di Banda
Aceh, berbahan batu andesit yang diperkirakan dari abad ke 9-10 Masehi. Benda ini menjadi Koleksi
Museum Nasional Indonesia, Nomor Inventaris. 248. Arca Awalokiteswara ini ditemukan tidak dalam
keadaan utuh oleh Kolonial Belanda di seputaran kawasan Prada/Lingke, Banda Aceh. Secarakeseluruhan patung Budha ini diperkirakan memiliki tinggi 135-140 cm. Kepala arca ini cukup istimewa dibandingkan arca Budha lainnya yang ditemukan di Nusantara, karena terdapat 3 (tiga) buah figurin Amitabha pada tatanan rambutnya yang terletak di sisi kanan, kiri dan depan. Figuran Amitabha tersebut digambarkan sedang duduk dalam sebuah relung dengan sikap padmasana di atas tatanan bunga padma, sikap tangannya dhyanamudra. Bentuk tiga buah figurin Amitabha pada sebuah mahkota Awalokiteswara belum pernah ditemukan di tempat lain di seluruh dunia. Biasanya hanya terdapat sebuah figurin Amitabha di mahkota bagian depan Awalokiteswara. Wajah arca Budha Awalokiteswara yang ditemukan di Aceh ini terlihat tirus, tidak bulat sebagaimana ditemukan di Jawa Tengah. Kemudian ceplok bunga yang detailnya berbeda dengan hiasan mahkota pada arca- arca di Jawa Tengah. Gaya tatanan rambut arca ini mirip dengan arca-arca Awalokiteswara yang ditemukan di Siam (Thailand) pada masa abad 9-10 Masehi. Arca ini tidak mirip dengan arca-arca yang pernah dibuat oleh dinasti Sailendra. Bambang Budi Utomo dalam Treasures of Sumatra menduga arca ini ditidak dibuat oleh penduduk setempat, tetapi diimpor dari tempat lain (Sumber: Bambang Budi Utomo; Treasures of Sumatra; Penerbit Museum Nasional; tahun 2009). Nrd/Ambo

   

Gambar 8.
Tim BPCB Aceh melakukan identifikasi di benda duga cagar budaya 
berbentuk Kepala Budha