BATU BERUKIR DIDUGA CAGAR BUDAYA KABUPATEN ACEH TENGAH PROVINSI ACEH

0
2401

BATU BERUKIR DIDUGA CAGAR BUDAYA KABUPATEN ACEH TENGAH PROVISI ACEH

BPCB Aceh : 17/10/2018. tim BPCB melakukan Kajian Pelindungan terhadap peninggalan yang diduga dari masa Hindu Budha di Kab. Aceh Tengah yaitu Batu Berukir atau penduduk setempat menyebut dengan atu bertulis, yang berada Dusun Umang Bawah, Desa Umang, Kec. Linge, batu ini terletak pada titik koordinat………………., untuk menempuh ke lokasi ini membutuhkan waktu ± 3 jam dari Ibu Kota Takengon dengan mengenderai sepeda Motor yang melintasi gunung yang berbukit dan melewati aliran sungai.

Kajian ini dilaksanakan selama delapan hari dari tanggal 27 s/d 3 Oktober 2018. dengan mengumpulkan data-data historis-arkeologis, pemotretan, pengukuran, penggambaran, wawancara dan di dokumentasikan bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang tinggalan-tinggalan masa lampau dan diperoleh sebuah dokumen yang dapat dijadikan pedoman dalam pelestariannya untuk di daftar dan ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Instansi pemerintah atau UPT Pusat (BPCB Aceh) yang bernaung di bawah Direktorat Kebudayaan Kemendikbud. Pada tahun 2012, Balai Arkeologi Medan mengadakan survey dan penelitian di situs batu berukir, DR.Rita Margaretha Setyaningsih, seorang Epigrafis atau ahli membaca tulisan kuno mengungkapkan bahwa ukiran pada batu-batu besar, diduga tulisan Palawa.

Hasil pengamatan dalam survey menunjukkan bahwa beberapa gambar atau simbol mencirikan kepada Yantra (magic Syllabe). Bukti arkeologis yang diduga masa Hindu-Budha adalah pahatan pada sebongkah batu yang oleh masyarakat setempat disebut dengan atu berukir atau atuk bertulis. Dan pada batu besar ditemukan goresan-goresan menyerupai simbol-simbol yang biasanya digunakan dalam ritual keagamaan Hindu, misalnya bentuk trikona (segitiga), yantra (diagram gabungan lingkaran dan segitiga), rumbai singa dan lingkaran lingkaran. Secara keseluruhan bentuk bentuk dimaksud berkaitan dengan sesuatu yang menggambarkan unsur religi masa lalu di Daerah tanah Gayo.

Hasil observasi:

Hasil observasi situs bahwa batu besar/batu gajah ditulis/digores/dipahat oleh masyarakatpendukungnya. Menurut penuturan kepala desa bahwa desanya terbentuk setelah masa penjajahan colonial belanda, dimana penduduk pertama kampong ini adalah mereka yang dijadikan kuli kontrak oleh belanda sebagai “penderes pinus” hasil bumi setempat. Pada masa kakek beliau, batu berukir ini sudah ada tetapi makna dari goresan ini tidak tau. Setelah tim berkoordinasi dengan kepala bidang kebudayaan Dinas pendidikan kab. Aceh tengah, beliau mengaitkan goresan ini sebagai symbol yang ada pada ”motif kerawang” rumah adat gayo. Bapak Iskandar, mengaitkannya dengan filosofi adat Gayo.(nurdin), Masnauli Butarbutar

Beberapa batu berukir memiliki makna dan filosofis tersendiri

 

 

Foto 1 dan 2 : Makna dari goresan adalah tubaranto, Filosofi : ike beluh ara si rai, ike mewen ara si ewei. Makna : kaluar pergi ada yang dicari, kalua tinggal ada yang kita tunggu (harta warisan dan keluarga). Seandainya tidak berhasil diperantauan, masih bisa kembali ke kampong  halaman

Foto 3 : Filosopi kekuatan rusa: belang terpancang……….Batas hak, kewajiban untuk dibela, dipertahankan; kalua perlu dengan nyawa sekalipun. Kalua sudah ada tanda jangan dilanggar (milik orang lain)

Foto 4: Makna dari goresan adalah mon pesir (Sempit) Kalau ingin berkembang carijalan sendiri, garis tertutup merupakan penerangan arah kesegala penjuru. Kalau hanya tinggal dikampung, wawasannya sempit.

Foto 5 : Makna dari goresan : pagar yang tidak boleh dilewati dan dilanggar (khusus untuk hewan) Bentuk jangkar/garis tiga (maknanya sudah terikat)

Filosofi: emas berpuro, koro beruwer, teluk mepenimen, penyangkulen mubelide, dagang  mutenelen, perau musakaten

Makna : melambangkan kehidupan masyarakat Gayo yang tetap berada di dalam ketentuan adat Gayo, serta didalam konsep syari’at Islam, jika berada diluar ketentuan tersebut tidak mendapat perlindungan. Iderek mitarak/pangan supale, ideret luer, ipangan kule

Makna : kalau ayam diluar kandang dimakan musang Kalau manusia keluar, binasa

Foto 6 : Kehidupanorang Gayo ke atas ada pucuknya, kalau ke bawah ada akar          tunggalnya/penguat

Foto 7 : Segi opat

  1. Reje musuket sipet maknanya: adil bijaksana penuh perhitungan atas keputusan yang diambil (warna kebesaran raja adalah kuning)
  2. Petue musidik sasat maknanya: Petue mempunyai sifat menyelidiki dan mensiasati tentang kehidupan masyarakat (warna merah)
  3. Imem muperlu sunet maknanya; melaksanakan yang berhubungan dengan syariat Islam baik yang wajib maupun yang sunat/amal ma’ruf nahi mungkar (warna putih)
  4. Rakyat, Genap mupakat maknanya; segala hasil musyawarah atas kebulatan kehendak rakyat/dari rakyat untuk rakyat (warna hijau)

Dari dulu sudah berbudaya artinya perangkat tetap hidup empat segi pondasi. Raja pemimpin menimbang, membaca, mengingat, memutuskan, bertanggungjawab memberi kehidupan yang hidup.