Yogyakarta selalu menjadi tempat menarik untuk dikunjungi. Kota yang pernah menjadi Ibukota Republik Indonesia pada tahun 1946 ini menawarkan beragam wisata dari mulai dari keindahan alamya hingga kekayaan budayanya. Untuk itulah Dharma Wanita Persatuan Borobudur melaksanakan wisata edukasi ke Yogyakarta, yang berjarak kurang lebih 40 km dari Borobudur. Peserta wisata merupaka anggota Dharma wanita persatuan beserta keluarga.
Diawali dengan melihat keindahan Lereng Merapi malalui Lava tour. Peserta diajak untuk melihat napak tilas dari sisa-sisa erupsi merapi pada tahun 2010 di mini museum Merapi. Dari mini museum rombongan melanjutkan perjalan ke bunker Kaliadem yang merupakan tempat berlindung ketika Merapi erupsi. Teakhir peserta diajak untuk basah-basahan di water byur Kali Kuning. Dengan medan perjalanan yang menantang, lava tour menjadi lebih seru.
Tujuan selanjutnya yaitu Musem Ullen Sentalu yang berada 25 km Utara dari pusat kota Yogyakarta. Dalam tur yang edukatif, para peserta diajak mengeksplor sejarah Indonesia khususnya pada rentang era keemasan Dinasti Mataram serta diperkenalkan pada seni dan kebudayaan Jawa yang berpusat dan berkembang di daerah Vorstenlanden (Yogyakarta dan Surakarta). Nama museum y ini ternyata merupakan singkatan dari sebuah kalimat bahasa Jawa “Ulating blencong sejatine tataraning lumaku”, yang bermakna nyala lampu blencong (lampu yang dipergunakan saat pertunjukkan wayang kulit) merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan.
Di museum ini terdapat Ruang Seni dan Gamelan yang menyimpan koleksi seperangkat gamelan. Ruang Guwo Selo Giri yang menjadi ruang lukisan tokoh-tokoh yang mewakili 4 figur Dinasti Mataram. Ruang Kampung Kambang terbagi menjadi 5 ruang yang memajang koleksi batik, syair, hingga album hidup anggota kerajaan mataram. Di museum ini, tidak ditemukan label-label yang bertuliskan penjelasan tentang koleksi yang ditampilkan, namun untuk berkeliling akan dipandu oleh pemandu yang interaktif.
Rombongan juga disuguhi Wedang “Ratu Mas”, dengan rasa unik yang terbuat dari rempah-rempah seperti jamu yang menyegarkan. Sebutan “Ratu Mas” ini diambil dari nama permaisuri Sri Susuhunan Pakubuwono X. Konon katanya, ramuan minuman ini dipercaya dapat membuat orang awet muda sama seperti paras sang permaisuri. Kunjungan ditutup dengan foto bersama di area replika relief Candi Borobudur yang dibuat miring, yang menggambarkan penurunan minat generasi muda akan seni dan budaya Jawa.