W.O.J. Nieuwenkamp
Adalah seorang arsitek Belanda yang menulis buku berjudul Fiet Borobudur Meer (Danau Borobudur) pada tahun 1931. Dalam bukunya, W.O.J. Nieuwenkamp berpendapat bahwa di sekitar Candi Borobudur terdapat danau kuno yang menggambarkan Borobudur berdiri di puncak bukit bagaikan bunga teratai di tengah-tengah danau. Candi Borobudur merupakan bangunan agung sebagai tempat Sang Buddha yang akan datang dilahirkan ke dunia ini.
Dasar dari teori ini yaitu danau digambarkan ke dalam peta, dan kemudian dihubungkan dengan kondisi daerah sekitar Borobudur. Berdasarkan hal tersebut, daerah sekitar Candi Borobudur cocok apabila terdapat suatu danau. Ia memperkirakan bahwa bahan-bahan hasil letusan Gunung Merapi dapat saja mencapai kaki Pegunungan Menoreh sehingga terjadilah suatu pembendungan. Bendungan ini dapat saja tertoreh lagi menunjuk adanya penorehan muda yang nampak pada lembah- lembah bertebing terjal seperti lembah Sungai Progo dan Sungai Elo.
Untuk memperkuat hipotesisnya W.O.J. Nieuwenkamp menunjukkan beberapa nama kampung yang namanya berhubungan dengan danau misalnya terdapat beberapa kampung yang memakai nama “tanjung” dan “segara”, diantaranya Tanjungsari, Bumisegoro, Sabrangrowo, Segaran, dan Wanurejo (mungkin dulu berasal dari Banyurejo).
W.O.J. Nieuwenkamp beranggapan bahwa bentuk Candi Borobudur itu pada dasarnya merupakan bentuk bunga padma (lotus), maka jika dilihat dari atas apa yang tergambar pada tingkatan Kamadhatu dan Rupadhatu dapat disamakan dengan kelopak-kelopak daun bunganya, sedangkan tingkatan Arupadhatu tempat stupa-stupa itu berada dianggap sama dengan putik-putik sarinya. Bahkan jika Candi Borobudur dilihat dari samping akan terlihat sebagai stupa, stupa itu sendiri juga disamakan dengan bunga lotus. Stupa bagian bawah menggambarkan kelopak-kelopak daun bunga dan stupa bagian atas menggambarkan putik-putik sarinya.