Proyek pemugaran Candi Borobudur memberikan sebuah kesempatan yang unik untuk melakukan penelitian arkeologis yang ekstensif. Mulai tahun 1970, ekskavasi dilakukan di lereng and kaki bukit yang berada di sebelah selatan dan barat data dimana area kerja direncanakan untuk dibangun, dan di sebelah timur dimana jalur masuk pengunjung akan ditempatkan. Kesempatan ini digunakan untuk melatih para mahasiswa arkeologi di Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia. Sementara itu, penggalian pada lereng bukit sisi barat, yang akan dijadikan sebagai lokasi penampungan air, menemukan sebuah prabhamandala (bagian belakang kursi) perunggu. Selain itu ditemukan pula sebuah vajra perunggu, sekitar 1,2 meter dari permukaan tanah. Di arah tenggara dari temuan perunggu tersebut, ditemukan juga empat guci dan fragmen keramik China. Temuan ini diperkirakan berasal dari Dinasti Tang pada abad ke-9 M.
Pada lereng bukit sisi barat daya dan barat, ekskavasi harus dilakukan dengan metode trenches karena terlambatnya proses pembelian tanah. Sebagai akibatnya proses penggalian dan penanganan temuan tidak dapat direkam dengan detail. Padahal area ini menunjukkan kekayaan temuan berupa pecahan gerabah lokal dan fragmen keramik China. Beberapa trenches yang digali memperlihatkan formasi bata, batu potongan dan batu kali yang diperkirakan merupakan sisa-sisa fondasi sebuah bangunan. Selain itu, ditemukan juga pecahan arang, serta gigi dan tulang binatang. Temuan-temuan yang ada menunjukkan bahwa area tersebut pernah ditinggali oleh manusia sebelum tergenang atau tertutup aliran lava. Sementara itu, beberapa temuan lain yang cukup signifikan meliputi pita tembaga tergulung yang bertuliskan mantra dharana, serta stupika tanah liat berjumlah kurang lebih 2.307 buah dan tablet nazar berjumlah 252 buah.
Temuan Gerabah sebagai Jejak Masyarakat
Berbagai artefak yang telah disebutkan diatas menunjukkan bahwa Candi Borobudur tidak berdiri sendiri, dan jejak masyarakat pendukungnya masih dapat ditemukan. Temuan bekas fondasi bangunan beserta sampah hasil kehidupan manusia memberikan indikasi bahwa pada masa lalu Borobudur hidup dekat dengan masyarakatnya. Sementara itu, keberadaan temuan perunggu, pita dharani, stupika, dan tablet memperlihatkan fungsi Candi Borobudur sebagai pusat keagamaan pada saat itu. Selain itu, yang tidak dapat dilupakan juga, ditemukannya guci dan fragmen keramik dari Dinasti Tang menunjukkan bahwa kehidupan Borobudur masa lalu sudah terkoneksi secara luas, walaupun posisinya yang cukup berada di pedalaman pulau Jawa.