You are currently viewing Teknik Sambung Batu Candi Borobudur
Small stupa around top of Borobudor, world largest buddhist temple in Yogyakarta, Indonesia.

Teknik Sambung Batu Candi Borobudur

Candi Borobudur merupakan candi Buddha terbesar di dunia yang telah menjadi warisan budaya dunia sejak tahun 1991. Candi Borobudur berbentuk punden berundak dengan denah persegi berukuran panjang 121,66 meter dan lebar 212,38 meter, serta tinggi 35,40 meter. Di bangun di atas sebuah bukit, Candi Borobudur berbentuk kisi-kisi dengan ukuran yang semakin pendek ke atas. Candi Borobudur memiliki 10 tingkat.

10 tingkatan Candi Borobudur.

Bagaimana dengan kekokohan Candi Borobudur itu sendiri?

Berbagai persepsi masyarakat menganggap bahwa Candi Borobudur dapat rekat karena menggunakan putih telur ayam. Padahal, tidak demikian. Candi Borobudur dapat kokoh berkat teknik sambungan yang merekatkan antar batuan pada candi.

Candi Borobudur tersusun atas batuan andesit yang disusun dengan pola arah horizontal. Ukuran batu yang dipakai berkisar antara: panjang 40 – 50 cm, tebal 30 – 40 cm, dan tinggi 20 – 25 cm. Untuk teknik sambung batu Candi Borobudur terdapat beberapa jenis, diantaranya:

Tipe Ekor Burung

Teknik sambung batu tipe ekor burung dapat ditemukan pada hampir setiap batu dinding

Tipe Takikan

Teknik Sambung Batu Tipe Takikan dapat ditemukan pada kala, doorpel, relung, dan gapura.

Tipe Alur dan Lidah

Teknik sambung batu tipe alur dan lidah dapat ditemukan pada pagar langkan selasar dan batu ornamen makara di kanan dan kiri tangga undag dan selasar.

Tipe Purus dan Lubang

Teknik sambung batu tipe purus dan lubang dapat ditemukan pada batu antefik dan kemuncak pagar langgan.

REFERENSI

Balai Konservasi Borobudur. 2010. Kearsitekturan Candi Borobudur. Magelang: Balai Konservasi Borobudur.

Magetsari, N. 2014. Candi Borobudur dan Rekonstruksi Pendiriannya dalam 200 Tahun Penemuan Candi Borobudur. Magelang: Balai Konservasi Borobudur.