You are currently viewing Talkshow “Menggali Arsip, Melestarikan Cagar Budaya”

Talkshow “Menggali Arsip, Melestarikan Cagar Budaya”

Selasa, (23/10/18) Balai Konservasi Borobudur menyelenggarakan Talkshow “Menggali Arsip, Melestarikan Cagar Budaya” City of Tommorow Surabaya. Talkshow menghadirkan Narasumber dari BK Borobudur, Wahyu Astuti, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur,.Endang Prasanti, dan Peneliti Independen, Eko Bastiawan
Endang dalam paparannya menjelaskan Keberadaan Cagar budaya di Jawa Timur sangat didukung oleh masyarakat dan komunitas yang sangat mendukung kegiatan pelestarian. Sekitar 15.000 Cagar Budaya yang tersebar di seluruh Jawa Timur tidak mungkin kegiatan pelestarian hanya dilakukan oleh pemerintah. Perhatian dari masyarakat dan komunitas sangat membantu pemerintah dalam menjaga kelestarian Cagar Budaya tersebut.
Sehingga masyarakat dan komunitas Jawa Timur aktif dalam mendukung kegiatan pelestarian. Sikap kritis sangat diperlukan untuk mendukung pelestarian Cagar Budaya.
Wahyu Astuti yang menjelaskan mengenai pentingnya keberadaan sebuah arsip memaparkan bahwa Arsip akan menjadi keliru jika hanya disimpan semata-mata. Arsip Konservasi Borobudur memiliki nilai penting informasi pemugaran yang telah dilakukan pada masa Belanda dan pemugaran kedua pada tahun 1973-1983, dengan dana 75% dari negara kita. berbagai ahli dari berbagai bidang berkumpul dalam rangka penyelamatan Candi Borobudur.
Arsip-arsip tersebut berupa foto hitam putih, sebanyak 71 ribu yang sebagian kecil dibawa untuk pameran. Ada peta dan gambar pada kertas kalkir yang merupakan teknologi pada masa itu. penggambaran pada kertas kalkir memiliki urutan tahapan yang harus dilakukan terlebih dahulu. arsip selanjutnya adalah negatif kaca, tentunya tidak dapat kami bawa karena sifatnya yang rentan. Film positif dan negatif yang berisikan tentang pemugaran berjumlah 60 ribuan. Rol film seluloid, arsip berupa folder dan dokumen lainnya berwujud laporan.
Maka tidak mengherankan apabila arsip konservasi Borobudur ditetapkan sebagai MoW, karena nilai pentingnya dan jumlahnya yang sangat banyak. Generasi muda kita perlu tahu dan paham, bahwa cagar budaya tinggalan nenek moyang kita pada abad 8 merupakan salah satu identitas bangsa. maka, anak muda sekarang tidak perlu mengadopsi budaya dari luar negeri, cukup dengan budaya kita sendiri.
Eko Bastiawan mengatakan bahwa dirinya sering sekali melakukan perjalanan untuk mencari informasi tentang prasati. Apakah prasasti bisa juga dikatakan sebagai arsip? yang jelas prasasti merupakan catatan kehidupan pada masa lalu sesuai dengan peradaban yang berkembang.
Pendataan arsip yang kami lalukan dengan memanfaatkan beberapa media daring seperti KITLV Universitas Leiden, yang memuat foto-foto lama Cagar Budaya di Indonesia sangat membantu dalam kegiatan pendataan kami. sebagai contoh adalah Candi Nanas. Foto lama menunjukkan kondisi yang sebenarnya, mampu menumbuhkan rasa bengga masyarakat setempat, sehingga masyarakat tertarik dalam kegiatan pelestarian.
Berbagai penelitian telak diikuti, dengan berbekal pengetahuan yang minim. dari penelitian tersebut banyak pengalaman yang didapat dan pendataan detil yang baik dan benar. Kami pernah menerima training mengenai pendataan prasasti yang sangat detil. Mulai dari form hingga kerusakan-kerusakan yang harus diidentifikasi.