Jum’at (07/10/16) Balai Konservasi Borobudur menggelar Simulasi Siaga Bencana Candi Borobudur. Simulasi ini diikuti ratusan peserta dari berbagai elemen.
dalam simulasi diumumkan bahwa status Gunung Merapi sudah berstatus siaga sehingga Komandan Tim Tanggap Bencana, Marsis Sutopo menginstrusikan pada staf BK Borobudur untuk mempersiapkan diri jika terjadi peningkatan status Gunung Merapi.
Kondisi Gunung Merapi tiba-tiba mengalami peningkatan status menjadi awas yang dikomunikasikan oleh BPBD Kabupaten Magelang bahwa erupsi yang membawa abu vulkanik dan pasir telah terbawa angin ke arah barat daya ke kawasan Candi Borobudur.
Pengumuman BPBD segera ditindaklanjuti oleh petugas keamanan Candi Borobudur agar para pengunjung segera turun dari candi karena abu vulkanik Merapi akan sampai di Candi Borobudur dalam waktu 15 menit. Secara bersamaan petugas BK Borobudur mulai memasang penutup stupa agar abu vulanik tidak masuk ke dalam stupa.
Namun bencana tidak berhenti sampai disitu, bebeberapa menit kemudian BPBD juga menginformaskan bahwa telah terjadi gempa tektonik beruntun sebanyak empat kali dengan kekuatan 6,4 SR yang tidak berpotensi tsunami.
Sejumlah petugas mengevakuasi beberapa pengunjung yang menjadi korban reruntuhan batu candi akibat gempa. Para pengunjung dibawa dititik kumpul untuk didata dan diberi pertolongan.
Kepala BK Borobudur Marsis Sutopo, mengatakan bahwa simulasi siaga bencana Candi Borobudur ini melibatkan sekitar 200 orang yang terdiri dari berbagai unsur seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, Kepolisian, TNI, Puskesmas, dan masyarakat sekitar Candi Borobudur.
“Dalam simulasi ini juga melibatkan para pelajar dari sekolah-sekolah di sekitar Candi Borobudur sehingga mereka sejak dini mengenal bagaimana penanganan bencana sewaktu-waktu terjadi di sekitarnya,” katanya.
Marsis menambahkan bahwa penanganan bencana harus dilakukan lintas sektor dan tidak mungkin hanya dilakukan satu pihak. Oleh karena itu jika terjadi bencana di Candi Borobudur yang bertanggung jawab pertama tentu BK Borobudur, tetapi harus didukung unsur-unsur yang lain.
“Dengan simulasi seperti ini, kalau suatu saat terjadi bencana kita sudah terbiasa dengan koordinasi. Hal ini juga sebagai pelatihan bagi petugas inti BK Borobudur,” tambahnya.
di BK Borobudur telah disusun standar operasional prosedur penanganan bencana di Candi Borobudur, sehingga dengan pelaksanaan kegiatan ini dapat menerapkan SOP yang telah dibuat.