Ruwat Rawat Borobudur
Sabtu (9/2/19) Pembukaan Dwi Windu Ruwat Rawat Borobudur dalam kiprah Budaya Masyarakat Menoreh dibuka oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid. Hadir pula Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah Sinoeng Nugroho Rachmadi dan Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Zaimul Azzah.
Dalam kunjungannya, Hilmar disambut oleh Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB) Tri Hartono, Kepala Seksi (Kasi) Konservasi Yudi Suhartono, dan Kepala Sub Bagian (Kasubbag) Tata Usaha Ari Swastikawati. Selain itu hadir pula manajemen PT Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB) Achmad Muchlis dan I Gusti Putu Ngurah Sedana.
Acara tersebut, diawali dengan sambutan panitia pelaksana Sucoro yang menyampaikan bahwa Candi Borobudur sebagai destinasi wisata diharapkan tidak hanya bernilai sebagai angka rupiah saja melainkan memiliki nilai-nilai kelestarian, spiritual dan nilai-nilai keagungan warisan nenek moyang.
Sambutan dilanjutkan oleh Hilmar Farid yang mengapresiasi kegiatan Ruwat Rawat. Kegiatan ini telah berlangsung hingga 2 windu dimana kegiatan yang dilaksanakan secara swadaya. “Urusan pelestarian itu merupakan tanggung jawab dari Direktorat Jenderal Kebudayaan dan ruwat rawat Borobudur salah satu cara pelestarian yang benar” ungkap Hilmar. “Dilaksanakan sepenuh hati dengan menghayati warisan budaya” tambahnya. Kegiatan seperti ini tidak lain tujuannya adalah kelestarian. Mulai tahun 2020 Direktorat Jenderal Kebudayaan akan memberikan bantuan khusus untuk kegiatan Ruwat Rawat Borobudur sehingga akan terlaksana dengan baik. “Saya sangat bangga bahwa kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, mandiri, swadaya, dan ini merupakan kebahagiaan tersendiri bahwa kegiatan kelestarian dapat dilaksanakan di lapangan seperti ini. Kita mendukung bahwa kegiatan seperti ini dapat terwujud dengan baik”, imbuhnya.
Di akhir sambutan, Hilmar secara simbolis menyerahkan trophi kejuaraan kepada pemenang dan bantuan sayur kepada perwakilan masyarakat.
Ketiga sambutan dari Sinoeng, dalam kesempatan tersebut disampaikan bahwa Ruwat Rawat Borobudur ini menjadikan sebagai pengejawantahan jiwa-jiwa kebhinekaan. Kegiatan ini merupakan perwujudan dari jiwa Pancasila yaitu gotong royong. Ruwat rawat memiliki 3 komponen penting, Peduli, berbagi dan empati.
Ruwat Rawat Borobudur merupakan acara tahunan yang dilaksanakan setiap tahun oleh komunitas pecinta seni dan budaya Borobudur sebagai jaringan informasi budaya. Dengan tema “Ngolah Budi lan Pengangen-angen murih lestari lan majuning budaya” (berpikir untuk kelestarian dan kemajuan kebudayaan) kegiatan ini bertujuan melestarikan/mengembangkan potensi budaya lokal di kawasan Borobudur dan sekitarnya serta sebagai ruang komunikasi budaya yang diharapkan dapat mensinergikan seluruh komponen stakeholder.