You are currently viewing Perekonomian Masyarakat Jawa Kuna pada Masa Borobudur
Perekonomian Masyarakat Jawa Kuna

Perekonomian Masyarakat Jawa Kuna pada Masa Borobudur

Perekonomian Masyarakat Jawa Kuna pada Masa Borobudur

oleh: Timbul Haryono

Gambaran sekilas tentang aktivitas perekonomian masyarakat Jawa Kuna pada masa Borobudur  dalam kegiatan jual beli memang sudah ada. Pada masa itu sudah dikenal pasar namun belum tentu sepenuhnya menggunakan uang sebagai alat tukar. Istilah pasar  dalam bahasa Jawa Kuna disebut pkḕn atau pkan memang sudah digunakan pada abad ke-9. Sebagaimana disebut di dalam beberapa prasasti dan lokasi pasar berdekatan dengan desa, jalan atau sungai.

Kata pasar dalam masyarakat tradisional di pedesaan dikaitkan dengan panca wara. Yaitu hari lima yang terdiri dari legi (umanis), paing, pon, wage dan kliwon (kaliwuan). Masyarakat Jawa menyebutnya dengan dina pasaran (dina=hari). Kegiatan pasar di setiap desa memusat pada salah satu hari pasaran. Setiap desa dengan yang lain berbeda-beda. Dengan demikian dikenal ada pasar legi, pasar paing, pasar pon, pasar wage dan pasar kliwon. Sampai sekarang penyebutan kegiatan pasar seperti tersebut masih bisa dijumpai.

Relief Karmawibhangga Panil no. 01 tentang pasar dan perdagangan
Relief Karmawibhangga Panil no. 01 tentang pasar dan perdagangan

Penjual-penjual yang melakukan aktivitas jual beli di dalam prasasti disebut dengan istilah:

  • Adwal: penjual dalam skala kecil, atau penjaja keliling
  • Apikul: penjaja barang dengan cara memikul dagangannya
  • Adagang: pedagang dan biasanya dalam skala kecil namun di atas adwal dan wilayah jualannya lebih luas
  • Abakul atau adagang bakulan: penjual yang mungkin lebih professional di pasar
  • Banyaga bantal: pedagang yang lebih besar
  • Sayangnya, prasasti-prasasti tidak tidak memberikan gambaran langsung bagaimana aktivitas transaksi di pasar, apakah dengan menggunakan alat tukar atau sistem barter.
Relief Avadana Jataka Panil no. 41

Perdagangan melalui jalur sungai berkembang pada masa Jawa Timur, karena banyak sungai di Jawa Timur dulu yang dapat dilalui. Selain kegiatan ekonomi melalui jalan darat dan melalui sungai, perdagangan antar pulau tentunya sudah berkembang maju dan dalam skala yang lebih besar. Perkembangan sarana transportasi memungkinkan berkembangnya pula perdagangan baik kuatintas maupun kualitasnya. Relief kapal dengan berbagai bentuk perahu di Candi Borobudur membuktikan bahwa sudah ada perdagangan antar pulau dan perdagangan internasional antara Pulau Jawa dengan India dan Cina.