You are currently viewing Perawatan Kayu Secara Tradisional pada Masyarakat Bugis-Makassar dan Toraja

Perawatan Kayu Secara Tradisional pada Masyarakat Bugis-Makassar dan Toraja

Kegiatan perawatan kayu yang selama ini sering dilakukan yaitu selalu tergantung pada penggunaan bahan kimia (modern) dan tidak pernah memperhatikan tradisi-tradisi yang masih berlaku dalam masyarakat yang selalu diwariskan dari generasi satu ke generasi lainnya. Bentuk kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat kita sangat kaya, salah satunya kekayaan yang dimiliki yaitu dalam hal perawatan bangunan kayu. Kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat di wilayah Kabupaten Bone, Tana Toraja dan Toraja Utara serta Kabupaten Jeneponto, mengingat bahwa metode yang dilakukan oleh masyarakat pada wilayah tersebut sangat efektif untuk diterapkan pada kondisi sekarang dan yang akan datang. Metode dan bahan yang dilakukan dan gunakan dapat kita temukan pada bangunan-bangunan rumah adat yang ada pada keempat kabupaten tersebut, masih dapat kita temukan sampai saat ini dan kondisi bangunan juga masih sangat bagus. Maka dari itu, sebagai regenerasi kita perlu untuk tetap menjaga dan melestarikan metode perawatan kayu secara tradisional.

Perawatan yang dilakukan cukup sederhana baik dari segi metode maupun bahan-bahan yang digunakan. Hal ini dapat kita lihat dan temukan pada kehidupan masyarakat yang ada di Kabupaten Bone khususnya yang bermukim di daerah pedalaman melakukan pengawetan kayu yang akan digunakan pada bangunan dengan cara merendam pada hilir-hilir sungai, sedangkan masyarakat yang bermukim di sekitar pesisir (daerah pantai) melakukan pengawetan dengan cara merendam pada air laut tetapi perendaman ini hanya dilakukan pada kayu yang masih tergolong mudah sedangkan kayu yang tua hanya ditaburi garam dapur, hal ini dilakukan disaat kayu dalam proses pengeringan. Untuk masyarakat Toraja pada umumnya melakukan pengawetan dengan cara merendam dalam lumpur sedangkan untuk masyarakat di Kabupaten Jeneponto melakukan pengawetan dengan menggunakan bahan –bahan yang terdiri dari kulit luar pohon petai cina, kulit luar pohon syzygium atau yang lebih dikenal dengan nama pohon coppeng (nama lokal) dan daun sirsak. Untuk melakukan pembuktian secara ilmiah mengenai bahan-bahan dan metode yang digunakan tersebut maka perlu dilakukan kajian yang lebih dalam lagi.

Artikel selengkapnya silahkan unduh disini