Balai Konservasi Borobudur (BKB) dalam rangka meningkatkan kompetensi sumber daya manusia, khusunya dalam hal pelestarian cagar budaya, pada Selasa, 25/02 menyelenggarakan kegiatan In House Training (IHT) Identifikasi Jenis Mikroba di Candi Borobudur Menggunakan Analisis Molekuler. Kegiatan yang diikuti kurang lebih dua puluh (20) orang staf dan pimpinan BKB tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan staf BKB mengenai identifikasi jenis mikroba secara molekuler. Harapannya, identifikasi biodeteriogen Candi Borobudur akan menjadi lebih baik, akurat dan komprehensif. Narasumber yang dihadirkan pada IHT kali ini, berasal dari Universitas Indonesia dan Universitas Gajah Mada. Ada dua materi yang disajikan oleh para narasumber, yaitu Pengenalan Analisis Molekuler serta Teknik dan Metode Analisis Molekuler.
Salah satu kerusakan yang ada di Candi Borobudur adalah pelapukan batuan yang disebabkan oleh bahan-bahan organik. Pelapukan organik merupakan proses penghancuran benda termasuk benda cagar budaya yang diakibatkan oleh aktivitas makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan. Hal pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan restorasi dan konservasi adalah melakukan identifikasi mikroorganisme yang menyebabkan biodeteriorasi pada Candi Borobudur untuk mengetahui pengaruhnya.
Identifikasi mikroorganisme pada Candi Borobudur terakhir dilakukan oleh Giselle Hyvert pada tahun 1970 s.d. 1973. Setelah itu belum pernah dilakukan identifikasi mikroorganisme di Candi Borobudur secara komprehensif. Kemungkinan besar mikroorganisme yang sekarang berbeda dengan yang telah dilakukan Giselle karena pengaruh perubahan lingkungan dan iklim. Oleh karena itu, BKB mengadakan kegiatan peningkatan SDM dalam hal analisis mikroba untuk lebih mengetahui teknik dan metode analisis molekuler terbaru sehingga dapat diterapkan untuk mikroba di Candi Borobudur.