Indonesia memiliki kekayaan cagar budaya berbahan kayu maritim yang sangat besar. Upaya pelestarian dilakukan dengan PEG (Poly-Etilin-Glikol) secara murni dan diterapkan pada perahu kuna Punjulharjo. Keberadaan PEG yang terbatas dan harganya yang mahal mendorong pencarian bahan konservan lain yang banyak tersedia dan murah harganya. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh komposisi campuran urea dan PEG sebagai bahan konservan dan durasi perendaman terhadap efektivitas konservasi kayu waru gunung. Efektivitas konservasi diukur berdasarkan parameter stabilitas dimensi kayu.
Penelitian dilakukan dengan prosedur berikut. Empat kelompok contoh uji disediakan, yakni satu kelompok kontrol dan tiga kelompok perlakuan. Disediakan tiga macam konservan campuran urea dan PEG 1000 dengan proporsi 10 dan 10 gram (larutan A1), 20 dan 10 gram (larutan A2), serta 30 dan 10 gram (larutan A3). Kelompok contoh uji direndam dalam larutan konservan dengan durasi perendaman masing-masing 1, 3 dan 5 hari. Penyusutan tangensial, radial, ASE tangensial, ASE radial, jumlah retak, dan panjang retak diukur. Data dianalisis dengan rancangan acak lengkap disusun faktorial dan analisis lanjutan dengan metode beda nyata terkecil (Least Significant Difference).
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa proporsi bahan konservan mempengaruhi penyusutan tangensial, penyusutan radial, ASE tangensial dan ASE radial. Semakin tinggi proporsi urea dalam bahan konservan semakin rendah penyusutan tangensial dan penyusutan radial, dan semakin tinggi nilai ASE tangensial dan ASE radial. Lama perendaman kayu dalam konservan mempengaruhi penyusutan tangensial. Semakin lama durasi perendaman semakin rendah penyusutan tangensial. Interaksi antara proporsi bahan konservan dan durasi perendaman berpengaruh terhadap penyusutan radial dan nilai ASE radial.
Untuk artikel selengkapnya silahkan unduh disini