Pendirian SPAFA menjadi pembuka bagi Borobudur untuk menjadi tempat pelatihan dan pemagangan para konservator dan pemugar dari negara anggota ASEAN. SPAFA adalah singkatan dari SEAMEO Project in Archaeology and Fine Arts. Thailand, Filipina dan Malaysia secara rutin mengirim peserta pelatihan untuk belajar tentang konservasi, survei pemugaran dan pemugaran monumen secara langsung dalam Proyek Pemugaran Candi Borobudur. Kegiatan ini dapat berlangsung selama empat sampai dengan sembilan bulan, tergantung dari jenis pelatihannya. Dalam jangka waktu enam bulan setelah kelulusan, SPAFA melakukan evaluasi untuk menjamin bahwa peserta mendapatkan posisi yang mana mereka dapat mengimplementasikan ilmu yang telah mereka dapatkan. Dan dari pelatihan tersebut secara nyata memberikan manfaat bagi negara pengirim.
SPAFA terbentuk pada bulan April 1978, dengan tujuan peningkatan kesadaran warisan budaya Asia Tenggara, perkuatan SDM dalam bidang arkeologi dan seni rupa. Selain itu SPAFA mempunyai tujuan untuk pemahaman silang budaya Asia Tenggara. Bangkok merupakan kantor pusat SPAFA, dengan Sub-Centre tiga negara, yaitu Filipina, Indonesia, dan Thailand. Indonesia mendapat mandat untuk mendirikan SPAFA Sub-Centre for Preservation and Restoration of Ancient Monuments. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia kemudian menetapkan Proyek Pemugaran Candi Borobudur sebagai wadah bagi pendidikan bidang arkeologi. Hal ini berdasarkan tersedianya peralatan, sarana teknis, dan laboratorium yang mutakhir, serta langsung mempraktikkan metode pemugaran dan konservasi batu.
Pelatihan dan Pemagangan SPAFA
Selama tiga tahun, Proyek Pemugaran Candi Borobudur menjadi lokasi menimba ilmu bagi peserta dari Indonesia, Thailand, Filipina, dan Malaysia. Jumlah peserta pada setiap pelatihan adalah lima orang. Terdapat empat jenis pelatihan yang telah terjadwal, yaitu Training Course in Restoration of Monuments, Technician Training Course in Restoration of Monuments, Technician Training Course in Survey for Restoration of Monuments, Training Course in Conservation of Monuments. Pelaksanakan setiap pelatihan yaitu dua kali, kecuali untuk Training Course in Restoration of Monuments yang hanya sekali.
Pada bulan pertama pelatihan, SPAFA mengajak peserta untuk mengunjungi dan mempelajari situs arkeologis pada wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali. Tujuan dari kunjungan lapangan ini agar para peserta menjadi lebih paham akan karakteristik warisan budaya Indonesia. Instruktur yang akan memberikan penjelasan mengenai latar agama dan sejarah situs, serta informasi penting lainnya mendampingi kunjungan ini.
Perkuliahan dasar teori dilakukan di Yogyakarta pada sore hari, dengan pengajar senior yang berasal dari UGM, UNS dan Universitas Indonesia. Dengan mengajarkan teori yang pengenalan dasar-dasar arkeologi, kimia, biologi, ilmu lingkungan, dan teknik sipil. Selain itu, SPAFA juga memberikan pelajaran Bahasa Indonesia kepada para peserta yang berminat.