Balai Konservasi Borobudur bersama Jogja Gallery, PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, Komunitas Seniman Borobudur (KSBI 15), dan seni kreatif lokal Lidiah Art dusun Jowahan Borobudur berkolaborasi menyelenggarakan pameran Cagar Budaya dengan mengangkat Judul “Terawang Borobudur Abad X”. Pameran dilaksanakan 14-26 Maret 2017 bertempat di Jogja Gallery, Yogyakarta.
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Harry Widianto dalam sambutannya mengatakan bahwa Candi Borobudur dalam setahun dikunjungi lebih dari 3 juta pengunjung. Ini menjadi sebuah tantangan bagaimana Visitor Management harus dilaksanakan agar kelestarian Candi Borobudur bisa terjaga. Selain itu dia menekankan untuk terus mensosialisasikan nilai-nilai yang ada di Candi Borobudur sehingga masyarakat bisa memaknai keberadaan Candi Borobudur.
Direktur Eksekutif Jogja Gallery Indra Suseno dalam kesempatan yang sama mengatakan bahwa Candi Borobudur memiliki kekayaan yang tak ternilai, salah satunya adalah relief alat musik yang terpahat di Candi Borobudur. Di relief Candi Borobudur terpahatkan 45 alat musik yang tergambar dengan jelas yang berupa alat musik tiup, tabuh, hingga petik. “Bagaimana kayanya bangsa kita bahwa pada abad ke-7 telah memiliki kebudayaan seperti itu” ungkapnya.
Kepala Balai Konservasi Borobudur Marsis Sutopo berharapmelalui pameran ini dapat meningkatkan rasa kepedulian masyarakat terhadap kelestarian Candi Borobudur, memperkuat ekosistem kebudayaan yang tengah digencarkan pemerintah. Selain itu pameran diharapkan dapat memberikan edukasi pada masyarakat bahwa pada abad ke X Indonesia telah memiliki kebudayaan dan peradaban yang unggul.
Dalam pameran Terawang Borobudur abad X Menampilkan kondisi Candi Borobudur pada abad ke X, pameran ini menampilkan beberapa materi mulai dari kondisi candi Borobudur Abad X berupa ilustrasi tahap pembangunan. Replika relief candi yang menunjukkan kondisi kehidupan masyarakat Jawa Kuno pada saat itu, relief alat musik pada Abad X hingga lukisan karya pelukis dalam komunitas seniman Borobudur.
Selain itu melalui pameran ini pengunjung juga diajak memasuki masa penemuan kembali Candi Borobudur yang ditunjukkan dengan sejumlah foto Prasasti Karang Tengah dan Sri Kahulunan yang memuat keberadaan candi Borobudur. Terdapat pula foto-foto pemugaran candi Borobudur dari tahap I, tahap II hingga naskah dan buku lama sebagai arsip dokumentasi pemugaran.
Untuk memuaskan pengunjung, panitia juga menghadirkan langsung arca Buddha, arca unfinished Buddha, Kala, Relung, sambungan batu hingga beberapa temuan ekskavasi. Sejumlah produk kerajinan dan industri masyarakat lokal yang terinspirasi candi Borobudur juga ikut ditampilkan seperti alat musik tradisional, batik, sovenir kerajinan tangan, gerabah dan lain-lain.