Ojief di Candi Borobudur
Ojief adalah ornamen arsitektural pada percandian yang bentuk pahatannya menyerupai bentuk setengah genta. Profil candi yang berupa pahatan bermotif ojief biasanya dijumpai pada bagian kaki dan tubuh candi.
Secara simbolis struktur maupun bangunan, percandian yang mempunyai motif pahatan ojief merupakan struktur bangunan suci atau yang dianggap penting bagi masyarakat pendukungnya. Profil ojief pada struktur atau bangunan percandian juga bisa disejajarkan dengan perwujudan dari Padmasana yang merupakan media atau tempat dimana dewa bersemayam untuk memberikan petunjuk maupuan anugerah.
Dalam hal ini struktur ataupun bangunan yang mempunyai motif pahatan ojief merupakan tempat pemujaan untuk dewa baik dari kepercayaan Hindu maupun Buddha. Motif pahatan berupa ojief pada Candi Borobudur dijumpai pada bagian Kamadhatu dan Arupadhatu.
Pada bagian Kamadhatu/ bagian kaki candi, motif pahatan ojief dijumpai pada bagian yang tertutup struktur selasar candi, tepatnya berada di bagian atas relief Karmawibhangga. Namun demikian, ojief pada bagian tersebut masih dapat dilihat pada struktur selasar yang terbuka yakni pada sisi Tenggara candi. Motif ojief pada bagian lain dijumpai pada kaki pagar langkan pertama. Pada bagian ini motif ojief yang dijumpai dapat dengan mudah dilihat karena posisinya terbuka dan mengelilingi candi.
Motif pahatan berbentuk ojief pada bagian Arupadhatu dapat dijumpai pada bagian dasar stupa induk dan pada tiap-tiap stupa teras. Ojief pada stupa induk maupun stupa teras dijumpai pada bagian kaki stupa atau pada bagian padmasana. Sedangkan motif ojief lain pada bagian Aruphadatu saat ini tidak bisa lagi dilihat, dikarenakan posisinya yang berada didalam struktur teras I.
Motif ojief yang berada di dalam struktur teras I hanya bisa dilihat apabila dilakukan pembongkaran pada teras I. Keberadaan motif ojief di dalam struktur teras I mengindikasikan adanya tahapan pembangunan Candi Borobudur tahun pada tahap II yang diperkirakan berjalan pada tahun 792 M. Pembangunan Candi Borobudur pada tahap II, mengindikasikan adanya pembangunan satu buah stupa induk pada bagian Arupadhatu yang selanjutnya dikonversikan menjadi 72 stupa teras dan satu stupa induk.