You are currently viewing Menerawang Borobudur dari Goresan Tangan Wilsen

Menerawang Borobudur dari Goresan Tangan Wilsen

Sebuah surat keputusan pemerintah kolonial tertanggal 31 Maret 1849 nomor 4 memerintahkan F.C. Wilsen, dengan dibantu oleh Schönberg Muller, untuk membuat gambar litografi dari relief Candi Borobudur. Wilsen menghasilkan 988 sketsa ketika bertugas di Borobudur selama lebih dari empat tahun. Dia menyelesaikan pekerjaannya pada bulan Juli 1853. Namun apakah latar belakang Wilsen sehingga dia mendapat tugas tersebut?

Sketsa relief Borobudur yang dihasilkan oleh Wilsen (Leemans, 1873)

Bernama lengkap Frans Carel Wilsen, kedua orang tuanya merupakan keturuan Belanda yang tinggal di kota Weenen. Lahir pada tanggal 6 April 1813, dia mulai bertugas di Hindia Belanda ketika berusia 29 tahun. Setelah sebelumnya ditempatkan di Sumatra, pada tahun 1846 dia menjadi bagian dari Biro Topografi di Batavia sebelum setahun setelahnya dipindah ke Benteng Willem I di Ambarawa, Jawa Tengah. Ketika berada inilah, dia mendapatkan tugas untuk menggambar Borobudur. Ketika telah selesai dengan tugasnya pada tahun 1853, Wilsen menerbitkan sebuah artikel berisi deskripsi dan sketsa Borobudur melalui buletin Tijdschrift Indische Taal-, Land- en Volkenkunde yang diterbitkan oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Masyarakat Batavia untuk Seni dan Keilmuan).

Sketsa relief Borobudur yang dihasilkan oleh Wilsen (Leemans, 1873)

Selain itu, hasil penggambaran sketsa Borobudur kemudian dikompilasi oleh Conrad Leemans (saat itu menjabat sebagai direktur Rijks Museum Oudheden di Leiden) beserta deskripsi yang telah dibuat oleh J.F.G. Brumund. Kompilasi sketsa dan deskripsi ini kemudian diterbitkan sebagai buku pada tahun 1873 dengan judul Bôrô-Boedoer op het eiland Java yang terdiri dari 667 halaman dan berisi 393 pelat gambar. Terkait sketsa yang dihasilkan oleh Wilsen ini, N.J. Krom dalam bukunya Beschrijving van Barabudur mengatakan bahwa dari sisi akademis kumpulan sketsa tersebut tidak lengkap dan kurang dapat diandalkan.

Selain bertugas di Borobudur, dia juga sering dikirim pemerintah kolonial untuk menggambar tinggalan candi-candi lainnya, seperti Mendut, Pawon, dan Dieng. Namun sayangnya tidak banyak yang bisa diketahui Wilsen setelah penugasan-penugasan tersebut. Tercatat dia meninggal di Semarang pada tanggal 22 Mei 1889.